Category Archives: Kisah & Motivasi
Tamyiz bin Abdullah bin Shalih (1937 – 1999 M)
Beliau bukan orang besar, baik besar dalam pengertian fisik maupun maknawi. Badannya kecil dan kurus, pekerjaannya juga petani kecil yang menggarap sawah dan kebun hanya dengan berbekal cangkul, mengangkut hasil kebun dengan pikulan. Hingga akhir hayat beliau, sepeda motorpun beliau tidak punya.
Dari sisi pendidikan, beliau hanya tamatan SR (setingkat SD). Pendidikan agama juga hanya diperoleh secara non formal; ngaji ke Kyai Misbah Zainul Musthafa, Bangilan, Tuban saat itu sebelum akhirnya pindah ke Tanah Laut dalam program Transmigrasi tahun 1976.
Dengan segala kekurangan beliau, baik secara akademik, keilmuan maupun ekonomi, ada beberapa hal yang mungkin patut diteladani, khususnya oleh anak cucu beliau, yang mungkin karena hal-hal tersebutlah Allah bermurah hati mendidik dan memelihara anak-anaknya, hingga Allah jadikan anak-anak beliau orang-orang yang menegakkan shalat dan menjauhi dosa-dosa besar, jangankan mabuk dan narkoba, merokokpun tidak. Read the rest of this entry
Abi Bohong
“Abi bohong”, kata Daud (5 tahun) ketika saya tiba di rumah. ‘Abi’ dalam bahasa Arab artinya ‘bapakku’, mirip dengan panggilan ‘Abah’ yang dalam bahasa Arab bermakna ‘bapaknya’.
Apa penyebabnya? Tidak lain adalah karena pamannya yang menjemputnya pulang sekolah, tidak jadi saya jemput sendiri. Alasan bahwa jadwal kuliah molor sehingga tidak sempat lagi untuk menjemput tidak bisa dicerna oleh pikirannya.
Walaupun kenyataannya tidak berbohong, melainkan ada udzur yang menyebabkan tidak sempat lagi menjemput, tetap saja orang tua perlu hati-hati ketika ‘menjanjikan’ sesuatu kepada anak kecil. Jika kurang hati-hati berbicara, akan ter’framing’ dalam jiwa anak bahwa berbohong adalah hal yang lumrah karena orang tuanya mencontohkan yang demikian. Ini terkait hal yang belum bisa dicerna oleh nalar anak bahwa itu bukan kebohongan.
‘Abbad bin Bisyr: Tidak Terlena dg Kenikmatan Ibadah
Saat perjalanan pulang dari Perang Dzat ar-Riqa’, Rasulullah SAW dan kaum Muslim kemudian memutuskan menginap di suatu tempat. Rasul menunjuk beberapa orang untuk berjaga bergantian, diantara mereka adalah ‘Ammar bin Yasir dan ‘Abbad bin Bisyr r.a.
‘Abbad melihat bahwa ‘Ammar sedang kelelahan, kemudian beliau meminta agar ‘Ammar tidur lebih dahulu. Setelah memeriksa tempat di sekitarnya, dan terlihat aman, ‘Abbad bangkit untuk menunaikan shalat tahajud. Ketika sedang berdiri menuntaskan surah di rakaat pertama, tubuhnya terkena anak panah. Ia mencabut anak panah itu dan melanjutkan bacaannya.
‘Amr bin Hisyâm, Sang Bapak Kebodohan (Abu Jahal) *)
Sebelum Islam datang, ‘Amr bin Hisyâm (570 – 624 M) adalah orang yang dikenal kebijaksanaan dan kecerdasannya. Dalam usia yang masih muda, para tetua Quraisy sudah sering meminta bantuannya dalam menghadapi masalah, oleh karena itu ia dikenal dengan sebutan Abul Hakam (Bapak Kebijaksanaan).
Hanya saja, semua itu berubah ketika Islam datang, kecerdasan otaknya tidak digunakan untuk membela Islam, bahkan sebaliknya, digunakan untuk memutarbalikkan fakta dalam rangka menentang kebenaran Islam. Kedudukan dan reputasinya yang sudah tinggi menghalangi dia untuk menerima Islam, ajaran yang bakalan memposisikan manusia sederajat, hanya dibedakan oleh ketaqwaannya.
Al Walid, Sirnanya Kemuliaan Ketika Menghadang Dakwah
Al Walid bin al Mughirah adalah salah seorang tokoh utama, hakim dan salah satu pemimpin kaum Quraisy di Makkah. Dia juga seorang yang cerdas, sebelum Islam datang, akalnya telah membuatnya sadar bahwa khamr itu tidak pantas diminum oleh pria terhormat. Karena itu, dia mengharamkan khamr untuk dirinya, dan bahkan dia memukul anaknya yang bernama Hisyam karena anaknya itu meminum khamr.
Al Walid bin al Mughirah pula yang berkata kepada kaum Quraisy yang sedang membangun kembali Ka’bah yang sempat rusak karena banjir, dengan perkataan yang baik:
يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ لَا تُدْخِلُوا فِي بُنْيَانِهَا مِنْ كَسْبِكُمْ إِلَّا طَيِّبًا. لَا يَدْخُلُ فِيهَا مَهْرُ بَغِيٍّ وَلَا بَيْعُ رِبًا، ولا مظلمة أحد من النَّاس
“Hai kaum Quraisy, janganlah menyertakan ke dalam pembangunan Ka’bah ini (harta) dari hasil kerja kalian kecuali (harta) yang baik. Janganlah memasukkan dana dari hasil prostitusi, riba, dan (harta hasil) kezaliman kepada orang lain.” (Al-Bidâyah wan-Nihâyah, 2/386).[1]
Andai Dakwah Itu Wajib Idzin
Andai dakwah itu wajib idzin, mungkin Islam tidak akan sampai ke negeri kita, karena Rasulullah saw bukan saja tidak diidzinkan dakwahnya, bukan hanya dihalang-halangi, namun juga dianiaya bahkan mau dibunuh.
Andai meyakini sesuatu itu wajib idzin, tentu tukang sihir yang melawan Nabi Musa juga tidak akan bisa beriman, setelah sebelumnya melihat mu’jizat Nabi Musa a.s.
Empat Puluh Tahun
Usia 40 tahun adalah usia ‘kematangan’ seseorang, jika tidak berhati-hati dan sering mengevaluasi diri, bisa jadi kerugian yang akan terjadi; kematian keburu menghampiri saat lalai dalam mempersiapkan diri. Imam Al Ghazali dalam Ayyuhal Walad memberi nasehat kepada salah satu muridnya:
وَمَنْ جَاوَزَ الْأَرْبَعِينَ وَلَمْ يَغْلِبْ خَيْرُهُ شَرَّهُ فَلْيَتَجَهَّزْ إِلَى النَّارِ
Dan barangsiapa yang usianya sudah mencapai 40 tahun namun kebajikannya tidak melebihi dosanya maka bersiap-siaplah ia masuk neraka.
Imam Ahmad Menghadapi Penyebar Hoax
Imam al Qurthubi dalam tafsirnya menceritakan bahwa suatu ketika Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Yahya bin Ma’in rahimahulloh sholat di masjid Rushofah. Tiba-tiba ada seorang tukang cerita yang berdiri selepas sholat, lalu ia berkata : “Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hanbal dan Yahya bin Ma’in, keduanya berkata : “Telah menceritakan kepada kami Abdurrozzaq dari Ma’mar dari Qotadah dari Anas bin Malik berkata : “Rasulullah bersabda : “Barang siapa yang mengatakan Laa Ilaaha Illalloh, maka Alloh akan menciptakan dari satu kalimat itu seekor burung yang paruhnya terbuat dari emas sedangkan bulunya dari batu permata,” kemudian dia terus bercerita….
Mendengar itu Imam Ahmad bin Hanbal saling menatap dengan Yahya bin Ma’in. Yahya bin Ma’in bertanya : “Engkau menceritakan kepadanya hadits itu?”
Imam Ahmad menjawab: “Demi Allah, saya belum pernah mendengarnya kecuali saat ini.” Read the rest of this entry
Balas Dendamnya Para ‘Ulama
Kita sering mendengar nasihat dari para ‘ulama agar kita menghindari membalas perlakuan yang tidak mengenakkan, menghiasi diri dengan sifat pemaaf dan meninggalkan upaya balas dendam. Namun kalau kita membaca biografi para ‘ulama, diantara mereka ada yang melakukan ‘balas dendam’, al Imam al Hasan al Bashri misalnya.
Yuk, Hadiri RPA (Rapat & Pawai Akbar) 1436 H, Banjarmasin 14 Mei 2015
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. (QS Thaha: 124)
Dulu, sekarang dan sampai kapanpun, setiap penyimpangan dan pengabaian aturan Sang Pencipta pasti akan menyebabkan kerusakan, bencana dan sempitnya hidup.
Imam Ibnul Jauzy Rahimahullah (w. 597 H)
Nama lengkap beliau adalah ‘Abdurrahman bin Abil Hasan ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ubaidillah al-Qurasyi. Kakeknya terkenal dengan sebutan Ibnul Jauzi (anak kelapa), karena kelapa yang ia miliki di Wasith, di mana di sana sama sekali tidak ada kelapa selain milik beliau.
Pencuri Teriak Pencuri
Kita sering memandang rendah, menyalahkan, memberikan komentar miring, mencemooh pendapat, penilaian atau gagasan orang lain. Sementara sebetulnya kadang kita tidak tahu betul permasalahannya, kisah berikut sekedar ilustrasi bahwa sangat mungkin kitalah sebenarnya yang layak dicemooh. (tulisan lama, lupa sumbernya)
Sampai Kapan Engkau Akan Terus Bermaksiat?, Bilakah Engkau Akan Kembali?
Wahai manusia, sampai kapan engkau akan terus bermaksiat?, Bilakah engkau akan kembali?
Tubuhmu penuh dengan kelalaian dan hatimu kosong dari ketakwaan.
Kausia-siakan masa muda dalam kealpaan. Sementara saat tua kau hanya menangisinya.