Category Archives: Dakwah

Beberapa Pemahaman Seputar Perubahan yang Mesti Diubah (Video)

Video:

  1. Menunggu Janji Allah Saja https://youtu.be/PKoomLwhd-E
  2. Dakwah, Menghinakan Diri? https://youtu.be/RZNIj6AHkhw
  3. Haram Berorganisasi Untuk Menegakkan Islam? https://krm.li/orgn
  4. Zaman Selalu Berubah Menjadi Lebih Buruk? https://krm.li/zmn
  5. Salah Prioritas, Hal yg Utama Malah Terabaikan https://youtu.be/8B5jnOv9OsI
  6. Tadarruj, menerapkan Islam secara bertahap https://youtu.be/3mu4kR3_eZI

Download bukunya: Beberapa Pemahaman Seputar Perubahan Yang Mesti Diubah

Supplemen Kitab at-Takattul al-Hizby

Bacaan:

Video:

Perkataan Syaikh Mutawalli As-Sya’rowi Terhadap Penstigma Ideologi Islam

Orang yang mencari-cari sisi buruk penerapan Islam masa lalu, kemudian mengumbarnya, sadar atau tidak, mereka telah masuk dalam tabuhan gendang musuh-musuh Islam dalam rangka melemahkan umat Islam agar umat memandang ideologi Islam sebagai sesuatu yang suram dan jelek. Berikut kutipan dari Syaikh Mutawalli As-Sya’rawi rahimahullaah, seorang ulama ahli tafsir dari Al Azhar, penulis Tafsir as-Sya’rowi.

Read the rest of this entry

Guru, Mu’allim, Ustadz, Syaikh, dan Kyai

Apakah makna sebutan guru, ustadz, syaikh, kyai, dan mu’allim?

Guru

Kata ‘guru’ berasal dari bahasa Sanskerta, yang digunakan untuk menyebut seorang pengajar dan pembimbing spiritual. Kata ‘guru’ jelas berasal dari budaya Hindu-Budha, yang berpengaruh cukup besar di Nusantara sebelum kedatangan Islam, termasuk di daerah Kalimantan Selatan. Sebutan ‘tuan guru’ juga dipakai di daerah Nusa Tenggara Barat. Sedangkan orang Bugis menyebut ulama dengan ‘gurutta’, yang artinya ‘guru kita’.[1]

Read the rest of this entry

Benarkah Pemimpin Cerminan dari Rakyatnya?

image Saat si A memberikan kritikan kepada pemimpin, si B malah balik mengkritik si A dengan menyatakan bahwa pemimpin itu cerminan rakyatnya, karena itu rakyat tidak perlu menyalahkan pemimpin atau presidennya. Semua itu bermula dari kesalahan rakyat itu sendiri. Bagaimana mendudukkan hal ini?

Yang lebih tepat adalah ungkapan bahwa hubungan rakyat-penguasa bersifat timbal balik, bahkan ada hal ketiga yang turut mendominasi mereka, yakni sistem. Harus dilihat dari tiga sisi sekaligus, yakni pemimpin itu cerminan dari mayoritas rakyatnya, mayoritas rakyat cerminan dari pemimpinnya, dan sistem yang baik akan menyuburkan rakyat dan penguasa yang baik. Mayoritas rakyat yang rusak akan melahirkan pemimpin yang rusak, sebaliknya pemimpin yang rusak akan menciptakan dan mengkondisikan rakyat menjadi rusak, sementara dalam sistem yang rusak, orang baik yang naik menjadi pemimpinpun berpotensi besar untuk berubah menjadi rusak.

Read the rest of this entry

Melecehkan Ilmu

Kebodohan memang akan mengakibatkan rusaknya masyarakat. Namun, banyaknya orang ‘alim, para pakar dan ahli di berbagai bidang, belum tentu memiliki efek yang baik, bisa pula mereka menimbulkan kerusakan yang lebih dahsyat dalam masyarakat, baik kerusakan diri mereka sendiri maupun kerusakan umum. Ini terjadi jika para ulama, ilmuwan dan para ahli tersebut melecehkan ilmunya; menghiasi, mendalili, dan menjustifikasi sesuatu yang bertentangan dengan bidang ilmu yang dipelajarinya demi mengharapkan sejumput kehidupan duniawi.

Sahabat Abdullah bin Mas’ud r.a berkata:

لَوْ أَنَّ أَهْلَ الْعِلْمِ صَانُوا الْعِلْمَ، وَوَضَعُوهُ عِنْدَ أَهْلِهِ، سَادُوا بِهِ أَهْلَ زَمَانِهِمْ، وَلَكِنَّهُمْ بَذَلُوهُ لِأَهْلِ الدُّنْيَا لِيَنَالُوا مِنْ دُنْيَاهُمْ، فَهَانُوا عَلَى أَهْلِهَا،

“Seandainya para ahli ilmu itu memelihara ilmu mereka, dan menggunakannya dengan selayaknya, niscaya mereka dengan ilmunya itu akan memimpin manusia pada zamannya. Akan tetapi mereka menukar ilmu tersebut kepada pemilik dunia untuk mendapatkan dunia mereka, maka hinalah ahli ilmu itu di mata mereka.”

Read the rest of this entry

Mengusir Sepi Saat Sendiri

istiqomah walau sendiri Ahad (23/2), atas idzin Allah, rombongan kami bertemu dengan seorang ulama yang berada sekitar 4,5 jam perjalanan dari Kota Banjarbaru. Setelah berbincang-bincang berbagai hal terkait persoalan dakwah, beliau berkata yang kurang lebihnya: “dulu banyak yang ‘dibawai’ oleh Nz (salah seorang teman kami), namun satu-persatu ‘berguguran’, andai sorangan haja yang mengemban tugas ini, aku tidak akan mundur untuk bersama-sama memperjuangkan diterapkannya syari’ah Allah ini…”

Read the rest of this entry

Mendiamkan Kemungkaran

Allah bukan hanya melarang berbuat kemungkaran, bukan pula hanya melarang condong kepada kemungkaran, namun Allah melarang mendiamkan kemungkaran. Pernah sekelompok orang yang kedapatan minum khamr dihadapkan kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Khalifah segera memerintahkan untuk mencambuk mereka semuanya sebagai pelaksanaan hudud. Ada yang berkata, “diantara mereka ada yang sedang berpuasa (sehingga tidak ikut minum khamr)”. Maka Beliau tetap menyuruh mencambuk orang tersebut, beliau membacakan ayat:

وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ

“Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka.” (QS an-Nisa’ [4]: 140) [1]

Read the rest of this entry

Mendidik Anak Lewat “Jalur Langit”

Jarak bukanlah alasan orang tua untuk melalaikan tugas mendidik dan mengingatkan anak-anaknya, terlebih untuk urusan shalat mereka. Ketiadaan telepon, telegram apalagi gadget, tidak menghalangi sahabat Nabi untuk ‘berkomunikasi’ jarak jauh ‘hanya’ untuk mengingatkan mereka agar jangan lupa shalat.

Abu Qirshafah, Jandarah bin Khaisyanah al-Kinani r.a adalah seorang sahabat yang pernah Rasulullah pakaikan burnus (sejenis jubah bertutup kepala) kepadanya, orang-orang banyak yang datang meminta doa keberkahan kepadanya. Beliau memiliki putra yang bernama Qirshafah, saat putranya ini sedang berjihad di Romawi sedangkan beliau di Asqalan, jika masuk waktu sahur, beliau menyeru dengan suaranya yang nyaring:

يَا قِرْصَافَةُ الصَّلَاةُ

“Wahai Qirshafah, shalat”

Read the rest of this entry

Memahami Politik

Berpikir untuk memahami politik itu lebih sukar dari pada memahami wanita, apalagi jika sekedar dibandingkan dengan memahami matematika yang memiliki banyak teorema.

Dalam matematika, suatu teorema jika sudah terbukti lewat definisi maupun teorema sebelumnya maka dia relatif fixed, tidak berubah-ubah dan bisa digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena lain dalam persoalan matematika atau lainnya.

Sementara dalam politik, jangankan teorema, realitas yang terindra pun bisa menyimpan berbagai makna yang berbeda, bisa digiling dan digoreng sesuai selera, bisa menyasar kemana-mana tergantung berapa kuasa dan tenaga seseorang untuk menjadikannya sebagai senjata.

Read the rest of this entry

Hijrah, Bukti Kandasnya Makar Penentang Dakwah

Para penentang dakwah mengira bahwa fitnahan, framing buruk dan berbagai tuduhan negatif akan menyurutkan langkah dakwah…. sekali-kali tidak, justru hal tersebut akan memperkuatnya. Mungkin mereka berhasil menutup satu pintu, namun dengan itu Allah justru membukakan pintu lain yang lebih baik, satu orang berhasil mereka palingkan, namun Allah munculkan puluhan yang lebih baik sebagai penggantinya.

Read the rest of this entry

Menjaga & Mendidik Anak

Allah swt. dalam Alquran menyifati anak-anak dengan tiga hal; sebagai penyejuk mata (qurrata a’yun)[1], sebagai fitnah (cobaan)[2] bahkan sebagai musuh bagi orang tuanya.[3] Ketiga sifat itu ditentukan oleh bagaimana perilaku anak. Karena perilaku anak banyak dipengaruhi oleh pendidikan yang diterimanya maka orang tua yang menginginkan anak-anaknya menjadi penyejuk mata dan penolongnya di dunia maupun akhirat perlu memperhatikan pendidikan anak-anaknya.

Allah swt. menjelaskan kewajiban ini dalam surat At Tahrîm ayat 6:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”[4]

Diriwayatkan bahwa ketika ayat ini turun, Umar bin al-Khattab r.a berkata:

يا رسول الله، نقي أنفسنا، فكيف لنا بأهلينا؟

“Wahai Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami, bagaimana cara menjaga keluarga kami ?”

Read the rest of this entry

Perumpamaannya Seperti Anjing

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ

Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing … (QS. Al A’râf: 176)

Read the rest of this entry

Jerit Muslim Uighur Untuk “Mu’tashim”

Diantara ciri sehatnya keimanan seseorang adalah adanya rasa persaudaraan dan empati kepada setiap orang yang beriman, dimanapun mereka berada, apapun suku mereka. Ibarat satu tubuh, sakit dan senang akan dirasakan bersama. Rasulullah saw bersabda:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى ِ

“Perumpamaan kaum mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi dan empati adalah seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam.”(HR. Muslim).

Menurut satu komite PBB, sekitar satu juta Muslim Uighur ditahan dalam kamp-kamp penguasa Cina. Kelompok hak asasi manusia mengatakan para tahanan dipaksa untuk menyatakan kesetiaan kepada Presiden Xi Jinping, meninggalkan keyakinannya, yakni Islam, bahkan sekedar jenggot dan nama yang Islamipun mereka permasalahkan. [1]

Read the rest of this entry

Lagi Tentang Mengoreksi/Menasehati Penguasa dengan Terang-terangan

Sebagian kalangan ada yang menyatakan bahwa mengoreksi penguasa tidak boleh secara terbuka, lalu mereka mencela orang yang mengoreksi dengan terang-terangan, lebih dari itu mereka katakan aktivitas tersebut membahayakan keamanan.

Enam tahun lalu, bahkan sebelum itu sudah pernah saya tulis tentang hal ini, bagi yang ingin membaca dengan agak panjang bisa di-klik di sini: https://mtaufiknt.wordpress.com/2012/11/23/mengoreksi-penguasa-dengan-terang-terangan-merupakan-cara-khowarij/?

Berikut ini versi singkatnya, plus tambahannya.

Pertama, hadits ‘Iyâdl bin Ghanm yang digunakan sebagai dalil[1] dinilai dho’if oleh Syaikh Muqbil, dalam Tuhfât Al Mujîb, hal 164, sementara Syaikh Syu’aib al Arna’uth menilai tambahan ini hasan lighairihi. Oleh karena itu perbedaan pandangan dari sisi ini tidak layak jadi alasan untuk saling menghina.

Read the rest of this entry