Membunuh Dengan Api & Raket Nyamuk

Ada perbedaan pendapat tentang membunuh manusia dengan api (membakar);

a. Melarang, merupakan pendapat Ibnu Abbas dan Umar bin Khatthab r.a, juga pendapat mayoritas ‘ulama

b. Membolehkannya dalam kasus hukuman kejahatan tertentu, seperti pendapat Imam Abu Hanifah dan Ibnu Qayyim dalam kasus hukuman homoseks (liwath), dalam hal liwath ini Ibnu Habib dari kalangan Malikiyyah justru mewajibkan hukum bakar.

Alasan Yang Melarang:

  1. Hadits Riwayat Imam Bukhory dari Abu Hurairah:

بَعَثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْثٍ فَقَالَ إِنْ وَجَدْتُمْ فُلَانًا وَفُلَانًا فَأَحْرِقُوهُمَا بِالنَّارِ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ أَرَدْنَا الْخُرُوجَ إِنِّي أَمَرْتُكُمْ أَنْ تُحْرِقُوا فُلَانًا وَفُلَانًا وَإِنَّ النَّارَ لَا يُعَذِّبُ بِهَا إِلَّا اللَّهُ فَإِنْ وَجَدْتُمُوهُمَا فَاقْتُلُوهُمَا

Rasulullah shallawahu ‘alaihi wasallam mengutus kami dalam satu sariyah lalu Beliau berkata : ” jika kalian menemukan fulan dan fulan maka bakarlah keduanya dengan api, kemudian ketika kami hendak berangkat Rasulullah saw berkata : “sesungguhnya aku telah memerintahkan kalian untuk membakar fulan dan fulan, sesungguhnya api tidak pantas untuk menyiksa dengannya kecuali Allah, maka jika kalian menemukan mereka bunuhlah mereka berdua”

  1. Riwayat Al-Bazzar

كنت عند أمّ الدّرداء رضي الله عنها ، فأخذت برغوثاً فألقيته في النّار ، فقالت : سمعت أبا الدّرداء يقول : قال رسول اللّه صلى الله عليه وسلم : لا يعذّب بالنّار إلاّ ربّ النّار “.

aku ditempat Ummu Darda’ radhiallahu anha, lalu aku mengambil seekor kutu lalu aku melemparkannya kedalam api, maka beliau (Ummu Darda) berkata : aku mendengar Abu Darda’ berkata: Rasulullah shallawahu ‘alaihi wasallam bersabda : ” tidak boleh menyiksa dengan api kecuali Robbnya api

  1. Riwayat Abu Dawud:

كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَانْطَلَقَ لِحَاجَتِهِ فَرَأَيْنَا حُمَّرَةً مَعَهَا فَرْخَانِ فَأَخَذْنَا فَرْخَيْهَا فَجَاءَتْ الْحُمَرَةُ فَجَعَلَتْ تُفَرِّشُ فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَنْ فَجَعَ هَذِهِ بِوَلَدِهَا رُدُّوا وَلَدَهَا إِلَيْهَا وَرَأَى قَرْيَةَ نَمْلٍ قَدْ حَرَّقْنَاهَا فَقَالَ مَنْ حَرَّقَ هَذِهِ قُلْنَا نَحْنُ قَالَ إِنَّهُ لَا يَنْبَغِي أَنْ يُعَذِّبَ بِالنَّارِ إِلَّا رَبُّ النَّارِ

“Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam suatu perjalanan, lalu beliau pergi untuk keperluannya. Kami lalu melihat seekor burung bersama dua anaknya, kami lantas mengambil dua anaknya hingga menjadikan burung tersebut terbang berputar-putar di atas kepala kami. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian datang dan bertanya: “Siapa yang menyakiti burung ini dengan mengambil anaknya? Kembalikanlah anaknya kepadanya.” Setelah itu beliau juga melihat sarang semut yang telah dibakar, beliau pun bertanya: “Siapa yang membakar sarang ini?” Kami menjawab, “Kami.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya tidak pantas bagi seseorang menyiksa dengan api kecuali pemilik api (Allah).”

Alasan Yang Membolehkan:

Mereka memahami hadits tadi tidak berfaedah haram, seperti dinyatakan oleh Ibnu hajar dalam Fathul Bary :

وَقَالَ الْمُهَلَّبُ لَيْسَ هَذَا النَّهْيُ عَلَى التَّحْرِيمِ بَلْ عَلَى سَبِيلِ التَّوَاضُعِ وَيَدُلُّ عَلَى جَوَازِ التَّحْرِيقِ فِعْلُ الصَّحَابَةِ وَقَدْ سَمَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْيُنَ الْعُرَنِيِّينَ بِالْحَدِيدِ الْمَحْمِيِّ وَقَدْ حَرَقَ أَبُو بَكْرٍ الْبُغَاةَ بِالنَّارِ بِحَضْرَةِ الصَّحَابَةِ وَحَرَقَ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ بِالنَّارِ نَاسًا مِنْ أَهْلِ الرِّدَّةِ وَأَكْثَرُ عُلَمَاءِ الْمَدِينَةِ يُجِيزُونَ تَحْرِيقَ الْحُصُونِ والمراكب على أَهلهَا قَالَه الثَّوْريّ وَالْأَوْزَاعِيّ

Dan telah berkata AlMuhallab (bahwa) larangan dalam hadits tidak menunjukkan pengharamannya tetapi sebagai bentuk sikap tawadhu’, yang menunjukkan bolehnya membakar adalah perbuatan para sahabat, dan sesungguhnya Rasulullah saw menusuk mata orang-orang ‘Urainiyyin dengan besi yang dibakar, dan sesungguhnya Abu Bakar telah membakar orang-orang bughot dengan api dengan kehadiran para shahabat, Khalid bin Walid juga membakar orang-orang murtad, dan sebagian besar ulama Madinah membolehkan membakar benteng-benteng dan kapal-kapal seperti yang dikatakan Ats Tsaury dan ‘Auzai.

Masih di kitab yang sama, alasan ini dibantah oleh Ibnul Munir dan yang lainnya:

لَا حُجَّةَ فِيمَا ذُكِرَ لِلْجَوَازِ لِأَنَّ قِصَّةَ الْعُرَنِيِّينَ كَانَتْ قِصَاصًا أَوْ مَنْسُوخَةً كَمَا تَقَدَّمَ وَتَجْوِيزُ الصَّحَابِيِّ مُعَارَضٌ بِمَنْعِ صَحَابِيٍّ آخر وقصة الْحُصُون والمراكب مُقَيّدَة بالضرورة

Apa yang disebutkan untuk membolehkannya bukanlah hujjah karena sesungguhnya kisah ‘Uraniyyin itu adalah dalam hal qishos (balasan setimbang dengan perbuatan mereka) atau telah mansukh (terhapus hukumnya), dan pembolehan shahabat bertentangan dengan larangan shahabat yang lain, dan kisah benteng dan kapal itu terikat dengan kondisi darurat…

Pertentangan natar shahabat yg dimaksud Ibnul Munir dkk adalah:

عَنْ عِكْرِمَةَ قَالَ أُتِيَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِزَنَادِقَةٍ فَأَحْرَقَهُمْ فَبَلَغَ ذَلِكَ ابْنَ عَبَّاسٍ فَقَالَ لَوْ كُنْتُ أَنَا لَمْ أُحْرِقْهُمْ لِنَهْيِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُعَذِّبُوا بِعَذَابِ اللَّهِ وَلَقَتَلْتُهُمْ لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ بَدَّلَ دِينَهُ فَاقْتُلُوهُ

Dari Ikrimah berkata : telah dihadapkan kepada Ali radhallahu anhu orang-orang zindiq[1] lalu beliau membakar mereka, namun berita tersebut sampai kepada Ibnu Abbas radhiallahu anhu lalu beliau berkata : ” seandainya aku, tentu aku tidak akan membakar mereka karena Rasulullah saw melarangnya dalam sabda beliau : “janganlah kalian menyiksa dengan siksaan Allah” tapi tentulah aku akan membunuh mereka berdasarkan sabda Rasulullah saw : ” barangsiapa mengganti agamanya maka bunuhlah”.

Membunuh binatang dengan dibakar

Semua ikhtilaf ‘ulama diatas berkaitan dengan tema membunuh manusia dengan api, adapun membunuh binatang dengan api, juga terjadi ikhtilaf:

Syaikh Abdullah bin Baz tetap melarang membunuh serangga pengganggu dengan cara dibakar[2]. Ulama Malikiyyah membolehkan membakar ikan hidup dalam rangka dipanggang untuk dimakan, sedangkan Imam Ahmad memakruhkannya, namun menghalalkan memakannya. Sedangkan Hanabilah tidak memakruhkan membakar belalang hidup-hidup untuk memakannya krn perbuatan itu pernah dilakukan shahabat di depan ‘Umar dan ‘Umar tidak mengingkarinya.

Al Hafidz Ibnu Hajar al Asqalany, ketika mengomentari hadits tentang melempar kutu ke api menyatakan :

وَفِيهِ كَرَاهَةُ قَتْلِ مِثْلِ الْبُرْغُوثِ بِالنَّارِ

Dan dalam hadits ini meunjukkan makruhnya membunuh semisal kutu dengan api

Dalam Tuhfatul Habib ‘Ala Syarh Al Khatiib (Hasiyah Al Bujairomi ‘Ala Al Khatiib) juga dinyatakan makruh membunuh berbagai macam kutu dan serangga dengan api, kecuali jika mereka menggganggu krn banyaknya maka boleh membakarnya jika ada kesulitan membasminya tanpa api.

وَلِذَا يُكْرَهُ قَتْلُ الْقَمْلِ وَالْبَقِّ، وَالْبَرَاغِيثِ وَسَائِرِ الْحَشَرَاتِ بِالنَّارِ لِأَنَّهُ مِنْ التَّعْذِيبِ وَفِي الْحَدِيثِ «لَا يُعَذِّبُ بِالنَّارِ إلَّا رَبُّ النَّارِ» قَالَ الْجُزُولِيُّ وَابْنُ نَاجِيٍّ: وَهَذَا مَا لَمْ يُضْطَرَّ لِكَثْرَتِهِمْ فَيَجُوزُ حَرْقُ ذَلِكَ بِالنَّارِ لِأَنَّ فِي تَنْقِيَتِهَا بِغَيْرِ النَّارِ حَرَجًا وَمَشَقَّةً

Dalam hal membunuh nyamuk dengan api (termasuk raket  nyamuk?), penulis  merasa lebih sreg dengan pendapat yang tidak mengharamkan. Allahu A’lam.

Rujukan :

Maktabah Syamilah, diantaranya kitab Mausu’ah Al Fiqhiyyah al Kuwaytiyyah, Fathul Bâry li Ibni Hajar Al Asqalany, dll


[1] Dalam riwayat lain berkaitan dengan orang-orang yang menganggap Ali sebagai tuhan, mereka disuruh taubat tidak mau.

[2] Majmû’ Fatâwa wa Maqâlât Mutanawwi’ah 5/301-302

Posted on 18 Oktober 2011, in Fiqh, Ikhtilaf, Syari'ah. Bookmark the permalink. 4 Komentar.

  1. tapi cem mane jika nyamuk-nyamuk tu dijauhkan je sama obat nyamuk bakar? tentulah lebih sreg lagi .

    Suka

    • obat nyamuk bakar kurang baik untuk kesehatan, kita terasa sesak, nyamuknya juga saya rasa mati pelan-pelan (sakit kan?), lebih aman pakai kelambu 🙂

      Suka

  2. Pas banget mas, isinya. ini masalah real yg sedang sy hadapi…. hehehe…. banyak nyamuk di rumah mas. gak mempan lagi dengan macam2 obat nyamuk, mulai yg bakar, semprot, sampai listrik. Mungkin sdh resisten kali ya? Syukron ustd.

    Suka

    • Kalau saya pakai rumus lama: obat kelambu, namun masih saja ada nyamuk yang bandel bisa mencuri kesempatan saat kelabu terbuka. Nyamuknya tdk mau dikasih opsi: 1) kami yg di dalam kelambu, kamu yang diluar, atau 2) kamu yang didalam kelambu, kami yang diluar 🙂

      Suka

Tinggalkan komentar