Zakat Fithr Pakai Uang, Pandangan Syaikh Atho Abu Rasytah rh

Soal:

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuhu. Saya memohon kepada Allah agar Anda berada dalam kebaikan dan kesehatan.

Apa hukum mengeluarkan zakat fitrah dan kaffarah seperti kaffarah sumpah menggunakan nilai uangnya, dan apakah nilai itu diberikan kepada satu orang miskin atau didistribusikan sesuai penentuan Allah untuknya terhadap sepuluh orang miskin dalam kaffarah sumpah dan kepada enam puluh orang dalam kaffarah zhihar?!

Semoga Allah melimpahkan keberkahan kepada Anda. [Bakar Sa’id]

Jawab:

Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuhu.

Anda bertanya tentang dua hal:

Pertama, apakah boleh mengeluarkan nilai dalam zakat fitrah dan kaffarah menggantikan apa yang disebutkan di dalam nas-nas syara’ seperti memberi makan dan pakaian dan semacamnya?

Kedua: apakah nilai itu semuanya diberikan kepada satu orang miskin jika nas-nas menyatakan pemberian sejumlah tertentu orang miskin atau harus berpegang dengan jumlah orang miskin yang disebutkan di dalam nas-nas sehingga tidak diberikan semuanya kepada satu orang miskin tetapi diberikan kepada sejumlah orang miskin yang dinyatakan oleh nas?

1- Berkaitan dengan pertanyaan pertama, maka para ulama berbeda pendapat tentang bolehnya mengeluarkan nilai, yakni:

– Mengeluarkan seperti yang ada di dalam hadis-hadis yang mulia:

– Imam al-Bukhari telah mengeluarkan dari Nafi’ dari Ibnu Umar ra, ia berkata:

«فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ صَدَقَةَ الْفِطْرِ صَاعاً مِنْ شَعِيرٍ أَوْ صَاعاً مِنْ تَمْرٍ عَلَى الصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ وَالْحُرِّ وَالْمَمْلُوكِ»

“Rasulullah saw mewajibkan shadaqah al-fithri satu sha’ jewawut atau satu sha’ kurma terhadap anak kecil, orang dewasa, merdeka dan hamba sahaya”.

Imam at-Tirmidzi mengeluarkannya dan ada tambahan:

«عَلَى الذَّكَرِ وَالْأُنْثَى… قَالَ فَعَدَلَ النَّاسُ إِلَى نِصْفِ صَاعٍ مِنْ بُرٍّ»

“terhadap laki-laki dan perempuan … ia berkata: lalu orang-orang menggantinya dengan setengah sha’ gandum”.

Jadi dia dikeluarkan dengan bendanya.

– Adapun nilai uang yakni dengan estimasi penggantinya berupa uang untuk benda shadaqah al-fithri yang disebutkan di hadis-hadis …

Pendapat yang rajih menutur kami adalah apa yang disebutkan di buku al-Amwâl fî Dawlah al-Khilâfah berupa bolehnya memberikan nilai dan hal itu boleh (diberi pahala) dalam zakat karena dalil-dalil berikut:

a- Dinyatakan di al-Amwâl fî Dawlah al-Khilâfah halaman 150-151 file word:

[Dan boleh dalam zakat hasil pertanian dan buah-buahan diambil nilai -uang atau yang lainnya- menggantikan diambil benda dari hasil pertanian dan buah-buahan itu. Hal itu karena Amru bin Dinar meriwayatkan dari Thawus:

«أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ بَعَثَ مُعَاذاً إِلَى الْيَمَنِ فَكَانَ يَأْخُذُ الثِّيَابَ بِصَدَقَةِ الْحِنْطَةِ وَالشَّعِيرِ» رواه أبو عبيد

“Nabi saw mengutus Mu’adz ke Yaman, dan Mu’adz mengambil pakaian untuk shadaqah gandum dan jewawut” (HR Abu Ubaid).

Diriwayatkan dari Mu’adz tentang shadaqah yang sama, bahwa ia mengambil barang dagangan menggantikannya. Hal itu dalam ucapannya: “Berikanlah kepadaku gamis atau pakaian yang aku ambil dari kalian pada posisi zakat, sebab itu lebih ringan bagi kalian dan lebih bermanfaat untuk orang-orang Muhajirin di Madinah”.

Di dalam as-Sunnah ada dari Rasulullah saw dan para sahabat beliau bahwa telah wajib hak pada harta, kemudian diubah kepada yang lainnya, yang pemberiannya lebih mudah bagi orang yang memberikan dari pada yang asli. Di antara hal itu adalah surat Nabi saw kepada Mu’adz di Yaman tentang jizyah:

«أَنَّ عَلَى كُلِّ حَالِمٍ دِينَاراً أَوْ عِدْلَهُ مِنَ الْمَعَافِرِ» رواه أبو داود

“Bahwa bagi tidap laki-laki yang sudah baligh satu dinar atau pakaian Yaman” (HR Abu Dawud).

Jadi Nabi saw mengambil barang menggantikan uang, yakni mengambil pakaian menggantikan emas. Dan di antara hal itu adalah apa yang Beliau tulis kepada penduduk Najran:

«أَنَّ عَلَيْهِمْ أَلْفَيْ حُلَّةٍ فِي كُلِّ عَامٍ، أَوْ عِدْلَهَا مِنَ الأَوَاقِيِّ» رواه أبو عبيد

“Bahwa wajib bagi mereka dua ribu hullah setiap tahun atau yang setara berupa uqiyah” (HR Abu Ubaid).

Ibnu Qudamah menyebutkan di al-Mughnî bahwa Umar ra. mengambil unta dalam jizyah menggantikan emas dan perak. Sebagaimana bahwa Ali ra mengambil jarum, tali dan cairan dalam jizyah menggantikan emas dan perak] selesai.

b- Dinyatakan di al-Amwâl fî Dawlah al-Khilâfah halaman 159 file word:

[Emas dizakati dengan emas, uang kertas substitusi dan uang kertas substitusi parsial. Perak dizakati dengan perak, uang kertas substitusi dan uang kertas substitusi parsial. Sebagaimana juga diberi pahala, emas dizakati dengan perak dan uang kertas fiat money; dan perak dizakati dengan emas dan uang kertas fiat money. Sebab semuanya adalah uang dan harga. Maka sebagian boleh dibayar dengan sebagian yang lain, dan boleh juga sebagian dikeluarkan dengan sebagian lainnya karena terpenuhinya tujuan dalam hal itu. Di bab Zakât alz-Zurû’ wa ats-Tsimâr -Zakat Hasil Pertanian dan Buah-buahan- telah dijelaskan dalil-dalil diambilnya nilai menggantikan zat harta yang di dalamnya wajib zakat] selesai.

Berdasarkan hal itu maka saya merajihkan bolehnya membayar zakat al-fithri menggunakan nilai uang atau mengeluarkannya dengan zatnya sebagaimana yang ada di dalam hadis-hadis yang mulia.

c- Perlu diketahui, ada pendapat para fukaha dalam hal itu, di antaranya;

– Fukaha hanafiyah berpandangan bahwa yang wajib dalam shadaqah (zakat) al-fithri adalah setengah sha’ berupa gandum atau tepung gandum atau kismis atau satu sha’ kurma atau jewawut. Adapun sifatnya maka bahwa kewajiban yang dinyatakan oleh nas dari sisi bahwa itu merupakan harta yang dapat diestimasi nilainya secara mutlak bukan dari sisi itu merupakan zat (benda), sehingga boleh diberikan dari semua itu berupa nilai dirham, dinar, fils (fulûs), barang dagangan atau apa yang dikehendaki. Imam as-Sarakhsiy mengatakan di al-Mabsûth (3/107-108); [jika diberikan nilai gandum maka boleh menurut kami. Sebab yang menjadi patokan adalah tercapainya kecukupan. Hal itu terwujud dengan nilai sebagaimana juga tercapai dengan gandum … Dan ini adalah mazhab hanafiyah dan yang diamalkan di dalam fatwa-fatwa mereka pada semua zakat, kaffarah, nadzar, kharaj dan lainnya …

– Umar bin Abdul Aziz berpandangan boleh mengeluarkan nilai. Dari Waki’ dari Qurrah, ia berkata; datang kitab Umar bin Abdul Aziz tentang shadaqah al-fithri; “setengah sha’ dari setiap manusia atau nilainya setengah dirham”. Dan atsar-atsar ini telah diriwayatkan oleh imam Abu Bakar bin Abi Syaibah di dalam al-Mushannaf ibni Abiy Syaibah (2/398).

Atas dasar itu, maka tidak wajib berpegang dengan zat harta-harta yang dinyatakan oleh nas-nas, tetapi boleh mengeluarkan nilainya, karena dalil-dalil syara’ yang disebutkan di atas.

2- Adapun berkaitan dnegan pertanyaan kedua, para ulama juga telah berbeda pendapat dalam masalah ini. dan pandangan yang saya rajihkan bahwa jika nas menyatakan jumlah tertentu orang miskin semisal:

﴿فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ﴾

“Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka …” (TQS al-Maidah [5]: 89).

﴾، ﴿فَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِيناً﴾

“Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin” (TQS al-Mujadilah [58]: 4).

Dalam kondisi ini wajib berpegang dengan jumlah yang disebutkan (sepuluh orang, enam puluh orang) baik pemberian itu dengan bendanya atau nilainya. Hal itu karena jumlah adalah yang dimaksudkan, dan itu merupakan batasan yang mengikat. Adapun jika nas menuntut pemberian orang-orang miskin tanpa menyebutkan jumlah maka boleh diberikan kepada satu orang miskin saja karena tidak adanya pembatasan dengan jumlah. Dan juga boleh diberikan kepada lebih dari satu orang miskin. Hal itu seperti firman Allah SWT tentang zakat:

Doa Masuk Suatu Tempat/Kampung

“Nabi saw belum pernah melihat suatu kampung yang hendak dimasukinya melainkan beliau mengucapkan doa berikut ketika melihatnya:

اَللّٰهُمَّ رَبَّ السَّمٰوٰتِ السَّبْعِ وَمَا اَظْلَلْنَ، وَرَبَّ الْاَرَضِيْنَ السَّبْعِ وَمَا اَقْلَلْنَ، وَرَبَّ الشَّيَاطِيْنِ وَمَا أَضْلَلْنَ، وَرَبَّ الرِّيَاحِ وَمَا ذَرَيْنَ، فَإِنَّا نَسْأَلُكَ خَيْرَ هٰذِهِ الْقَرْيَةِ وَخَيْرَ اَهْلِهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ اَهْلِهَا وَشَرِّمَا فِيْهَا

_“Ya Allah, Rabb tujuh langit dan semua yang dinaunginya, Rabb tujuh lapis bumi dan semua yang dimuatnya, Rabb semua setan dan semua yang disesatkannya, dan Rabb angin dan semua yang ditiupnya, sesungguhnya hamba memohon kepada-Mu kebaikan kampung ini, kebaikan penghuninya, dan kebaikan apa yang terkandung di dalamnya. Dan kami berlindung kepada-Mu dari keburukannya, dari keburukan penduduknya dan dari keburukan apa yang terkandung di dalamnya.”_ (HR. an-Nasai, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim)

Hukum Azan Dan Iqamah Kepada Mayyit Saat Penguburannya

Oleh Guru Abdul Hafiz

Adapun hukum di-azani- dan di-iqamati-nya jenazah disaat ia mau dikuburkan, maka para ulama dari kalangan mazhab Syafi’iyyah berbeda pendapat, yaitu :

1. Hukumnya adalah sunnah karena diqiyaskan kepada sunnahnya azan dan iqamah disaat anak baru lahir, maka kelahiran merupakan awal masuk ke dalam dunia, sedangkan kematian merupakan akhir keluar dari dunia. Pendapat inilah yang banyak dilakukan oleh warga masyarakat terutama yang bermazhab Syafi’i.

2. Hukumnya tidak sunnah, sebab tidak ditemukan dalil yang menunjukkan kesunnahannya.

Dalam kitab I’anatuth Thalibin, disebutkan :
وَاعْلَمْ اَنَّهُ لَا يُسَنُّ الْاَذَانُ عِنْدَ دُخُوْلِ الْقَبْرِ خِلَافًا لِمَنْ قَالَ بِسُنَّتِهِ قِيَاسًا لِخُرُوْجِهِ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى دُخُوْلِهِ فِيْهِ
“Ketahuilah bahwasanya tidak disunnahkan azan ketika memasukan mayyit ke dalam kubur, *berbeda dengan pendapat yang menyatakan dengan kesunnahannya* sebab diqiyaskan bagi keluarnya ke dunia atas masuknya seseorang ke dunia (saat dilahirkan).

Kitab Hasyiyah al-Bajuri, :
وَلَا يُسَنُ الْاَذَانُ عِنْدَ اِنْزَالِ الْمَيِّتِ الْقَبْرَ خِلَافًا لِمَنْ قَالَ بِسُنِّيَّتِهِ حِيْنَئِذٍ قِيَاسًا لِخُرُوْجِهِ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى دُخُوْلِهِ فِيْهَا
“Dan tidak disunnahkan azan ketika menurunkan mayyit ke dalam kubur, *berbeda dengan orang yang mengatakan dengan sunnahnya,* sebab diqiyaskan kepada keluarnya mayyit dari dunia atas masuknya ke dunia (saat ia dilahirkan).

Dalam kitab Tuhfah, karya Ibnu Hajar al-Haitami :
وَاعْلَمْ اَنَّهُ لَا يُسَنُ الْاَذَانُ عِنْدَ دُخُوْلِ الْقَبْرِ خِلَافًا لِمَنْ قَالَ بِسُنِّيَّتِهِ حِيْنَئِذٍ قِيَاسًا لِخُرُوْجِهِ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى دُخُوْلِهِ فِيْهَا. قَالَ اِبْنُ حَجَرٍ وَرَدَدْتُهُ فِىْ شَرْحِ الْعُبَّابِ لَكِنْ اِذَا وَافَقَ اِنْزَالُهُ الْقَبْرَ اَذَانًا خُفِّفَ عَنْهُ فِى السُّؤَالِ.
“Dan ketahuilah bahwasanya tidak disunnahkan azan ketika memasukan mayyit ke dalam kubur, *berbeda dengan pendapat yang menyatakan dengan kesunnahannya* sebab diqiyaskan bagi keluarnya ke dunia atas masuknya seseorang ke dunia (saat dilahirkan). Berkata Ibnu Hajar dan aku ulangi perkataan itu dalam Syarah al-‘Ubbab, *tetapi jika sewaktu penguburan mayyit tadi bersamaan dengan azan, diringankan mayyit itu pada menjawab pertanyaan (Malaikat Munkar Nakir dalam kubur).*

Demikian juga disebutkan dalam kitab Fatawa al-Kubra, karya Ibnu Hajar al-Haitami, yaitu ketika beliau ditanya tentang hukum azan dan iqamah ketika mayyit di liang lahat, setelah beliau menjawab pandangan beliau bahwa hukumnya adalah bid’ah, beliau mengatakan mengutip fatwa al-Ashbakhi :
….اِلَّا شَيْئًا يُحْكٰى عَنْ بَعْضِ الْمُتَأَخِّرِيْنَ اَنَّهُ قَالَ لَعَلَّهُ مَقِيْسٌ عَلَى اسْتِحْبَابِ الْاَذَانِ وَالْاِقَامَةِ فِىْ اَذَانِ الْمَوْلُوْد
“….Hanya saja ada diceritakan oleh sebagian Mutaakhkhirin (yakni hukumnya sunnah) bahwa barangkali ini diqiyaskan pada sunnahnya azan dan iqamah pada dua telinga anak yang baru dilahirkan.

*Kesimpulannya* : karena masalah ini terdapat khilafiyyah (perbedaan pendapat) dari kalangan ulama terkait hukum azan dan iqamah disaat memasukan mayyit dalam kubur, maka hendaklah untuk saling menghormati dan menghargai satu sama yang lainnya, tidak dibenarkan untuk saling membid’ahkan apalagi saling mengkafirkan, karena hal itu jelas terlarang dalam islam.

*Hukum Merubah Lafaz Iqamah*

Sebagian orang ada yang mengubah lafaz iqamah disaat mayyit di kuburkan yaitu pada lafaz qad qaamatish shalaah diubah menjadi qad qaamatil qiyaamah, dengan alasan bahwa mayyit itu mengalami qiyamat sughra, atau bahwa mayyit itu lebih hampir mengalami qiyamat kubra. Maka menurut penulis bahwa tidak sepantasnya kita mengubah lafaz iqamah dengan alasan-alasan tersebut, sebab lafaz dan iqamah itu adalah tauqifi yakni berdasarkan wahyu dari Allah swt. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadist riwayat imam Abu Daud, ketika Umar bin Khattab r.a memberitahukan tentang mimpinya terkait dengan lafaz azan dan iqamah, Rasulullah saw bersabda :
سَبَقَكَ بِهَا الوَحْيُ
“Wahyu telah mendahului engkau dengannya”

Demikian tulisan singkat ini, semoga menjadi dasar bagi kita untuk tetap saling menghormati dan menghargai pendapat. Perbedaan itu insyaallah akan membawa kepada kedamaian dan rahmat asalkan kita mau saling menghormati.

Sementara Saling membid’ahkan, mensesatkan, dan mengkafirkan, hanyalah menyebabkan kerusakan, dan perpecahan.
Wallahu a’lam bish shawab.

*Seputar Badal Haji dan Syarat Rukunnya + Umroh*

Syarat orang yang dibadali:

  1. Dia tidak mampu melaksanakan ibadah haji karena tua atau sakit yg menyebabkan tidak  sanggup duduk di atas kendaraan, namun mempunyai harta wajib membiayai haji orang lain, cukup dengan biaya haji meskipun tidak termasuk biaya orang yang ditinggalkan. Jika sembuh sebelum waktu haji, maka tidak boleh digantikan.
  2. Orang yang diwakili telah meninggal dan belum melaksanakan ibadah haji padahal selama hidupnya dia mampu berhaji. Ahli warisnya wajib menghajikannya dengan harta yang ditinggalkan, jika ada.
  3. Harta yang digunakan untuk biaya orang yang menghajikan adalah milik orang yang dihajikan tersebut, atau sebagian besar miliknya. (Syafiiyyah dan Hanabilah tidak mensyaratkan ini)

*Syarat-syarat Yang Membadali*

  1. Niat menghajikan orang lain dilakukan pada saat ihram.
  2. Orang yang menghajikan harus sah melaksanakan ibadah haji, yakni memenuhi syarat rukun haji. .
  3. Orang yang menghajikan *harus telah melaksanakan ibadah haji*.
  4. Tidak boleh seseorang membadalkan haji dua orang atau lebih dalam sekali haji. (moga-moga tidak ada penipu dan yang tertipu)

*Dalil Terkait*

Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas

أَنَّ امْرَأَةً جَاءَتْ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ إِنَّ أُمِّي نَذَرَتْ أَنْ تَحُجَّ فَمَاتَتْ قَبْلَ أَنْ تَحُجَّ أَفَأَحُجَّ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ حُجِّي عَنْهَا أَرَأَيْتِ لَوْ كَانَ عَلَى أُمِّكِ دَيْنٌ أَكُنْتِ قَاضِيَتَهُ قَالَتْ نَعَمْ فَقَالَ اقْضُوا اللهَ الَّذِي لَهُ فَإِنَّ اللهَ أَحَقُّ بِالْوَفَاءِ .

“Seorang perempuan dari bani Juhainah datang kepada Rasulullah s.a.w. bertanya “Rasulullah!, Ibuku pernah bernadzar ingin melaksanakan ibadah haji, hingga beliau meninggal padahal dia belum melaksanakan ibadah haji tersebut, apakah aku bisa menghajikannya?. Rasulullah menjawab “Hajikanlah untuknya, kalau ibumu punya hutang kamu juga wajib membayarnya bukan? Bayarlah hutang Allah, karena hak Allah lebih berhak untuk dipenuhi” (H.R. al-Bukhari & an-Nasa’i).

Juga hadis riwayat Imam Muslim:

أَنَّ امْرَأَةً مِنْ خَثْعَمَ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّ أَبِي شَيْخٌ كَبِيرٌ عَلَيْهِ فَرِيضَةُ اللهِ فِي الْحَجِّ وَهُوَ لَا يَسْتَطِيعُ أَنْ يَسْتَوِيَ عَلَى ظَهْرِ بَعِيرِهِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَحُجِّي عَنْهُ .

“Bahwasanya seorang wanita dari Khos’am berkata kepada Nabi Wahai Rasulullah sesungguhnya ayahku telah tua renta, baginya ada kewajiban Allah dalam berhaji, dan dia tidak bisa duduk tegak di atas punggung onta. Lalu Nabi SAW bersabda: Hajikanlah dia.” (HR Muslim).

Hr. Abu Daud dari Ibnu Abbas r.a

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ رَجُلًا يَقُولُ لَبَّيْكَ عَنْ شُبْرُمَةَ قَالَ مَنْ شُبْرُمَةُ قَالَ أَخٌ لِي أَوْ قَرِيبٌ لِي قَالَ حَجَجْتَ عَنْ نَفْسِكَ قَالَ لَا قَالَ حُجَّ عَنْ نَفْسِكَ ثُمَّ حُجَّ عَنْ شُبْرُمَةَ .

bahwasanya Nabi  SAW mendengar seseorang berkata labbaik (aku datang memenuhi panggilanmu) dari (untuk) Syubrumah. Nabi bertanya; Siapakah Syubrumah itu, ia menjawab; saudaraku atau kerabatku, lalu Nabi bertanya; Apakah kamu sudah berhaji untuk dirimu? Ia menjawab; Belum. Lalu Nabi bersabda; Berhajilah untuk dirimu (terlebih dahulu) kemudian kamu berhaji untuk Syubrumah.”

*Video Terkait:*

*Playlist:* https://youtube.com/playlist?list=PLqb4hLriihhRUHDzbPTptqNYxMWIQ43AY

▶️ *Umroh: Menyiapkan Hati, Umroh Berulang, Mengumrohkan Ortu yg Wafat* https://youtu.be/3BozXG7KgrM

▶️ *Keutamaan Umroh, Syarat Terampuni Dosa, Mengundang Rizki…* https://youtu.be/-mD7A4n4ABc

▶️ *Kriteria Mampu yg Wajib Berhaji, Jika Tidak Berhaji Maka Berdosa* https://youtu.be/n218WWM67kQ

▶️ *Rukun dan Wajib Umroh. 4 Keadaan yg Haji/Umroh Tidak Boleh Ditunda* https://youtu.be/LLNQvVmLKvQ

▶️ *Hal-hal Terkait Ihram dan Larangan-larangannya* https://youtu.be/GNGhq3h5UrE

▶️ *Sepuluh Syarat Thawaf dan Sunnah-sunnahnya* https://youtu.be/u_L9Q1bYkag

▶️ *Enam Syarat Sa’i. Tahallul & Thawaf Wada* https://youtu.be/lGYbjPRMAp0

▶️ *Sudah Mampu Haji Namun Tak Berangkat Hingga Wafat…* https://youtu.be/_kXA8XXJec4

▶️ *Sehat dan Mampu Namun Tak Berhaji, Umroh Sebelum Haji?* https://youtu.be/X-5cjNWNb3E 

▶️ *Alokasikan Bayar Hutang Haji Si Mayit Sebelum Warisan Dibagi* https://youtu.be/GFsNykNMAzM

Hukum Memindah Kuburan

… Jenazah sudah dikuburkan apakah boleh dipindah ke kuburan di tempat lain? Minimal berapa lama waktunya (sehari setelah dikubur atau berapa lama)? (0813 4525 xxxx)

****

Dlm Madzhab Syafii, haram menggali kuburan sebelum kondisi janazah dipastikan hancur menurut ahlu khibroh (pakar terkait tanah dan hancurnya jasad), KECUALI:
1) Bila di dalam kubur ada barang berharga.
2) Bila mayyit menelan barang (yang tidak hancur) milik orang lain dan si pemilik memintanya kembali, dan tidak ada seorang pun ahli warits yang menanggung.
3) Bila si mayyit dikafani dengan kafan hasil ghosob atau dikubur di tanah ghosob dan si pemilik tidak merelakannya.
4) Bila mayit dikubur di tanah (area) banjir/longsor
5) Bila mayit (bayi) menjadi obyek ta’liq cerai.
6) Bila mayit mengandung janin yang diyakini janin itu hidup.
7) Bila mayit belum dimandikan / tayammumi, dan kodisinya belum hancur/rusak

Kalangan Hanabilah membolehkan memindah kuburan dengan syarat ada tujuan yang dianggap shohih. seperti memindahkan ke tempat yang lebih mulia, atau untuk ditempatkan dekat dengan kuburan orang soleh. Baca lengkapnya di Kitab Asnal Mathalib

Allaahu A’lam

Air Zamzam Sesuai Dengan Tujuan Orang Yang Meminumnya, Ini Tata Cara Minumnya

Rasulullah ﷺ bersabda,

مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ

“Air zamzam sesuai dengan tujuan orang yang meminumnya.”

 (HR. Ibnu Majah, Ahmad. Para Ulama berselisih tentang keshahihannya, al-Hakim menshahihkannya dalam al-Mustadrak. Ibnu Hajar menyatakan: yang benar sanadnya adl hasan karena adanya syawaahid).

Imam as-Syaukani dalam Nailul Authar menyatakan:

فيه دَلِيلٌ على أَنَّ مَاءَ زَمْزَمَ يَنْفَعُ الشَّارِبَ لِأَيِّ أَمْرٍ شَرِبَهُ لِأَجْلِهِ، سَوَاءٌ كان من أُمُورِ الدُّنْيَا أو الْآخِرَةِ؛ لِأَنَّ (ما) في قَوْلِهِ “لِمَا شُرِبَ له” من صِيَغِ الْعُمُوم

“Di dalamnya ada dalil bahwa air zamzam bermanfaat bagi peminumnya dalam hal apa pun yang dimaksudkannya, baik duniawi maupun akhirat. Karena lafadz “maa” dalam ucapannya “li maa syuriba lahu” adalah bentuk umum.”[1]

Jadi, jika seseorang meminumnya dengan tujuan untuk mengobati penyakit yang dideritanya, maka Allah akan menyembuhkan dengan izin-Nya. Jika niatnya ingin alim, mudah urusan dunia maupun akhirat, in syaa Allah akan memudahkan tercapainya hal tersebut.

*Tata Cara Minum Air Zamzam*

*1. Membaca Basmalah*

*2. Gunakan Tangan Kanan*

*3. Jangan Minum Sekali Teguk*

Baiknya dibagi tiga tegukan: baca basmalah, neguk, bernafas di luar wadah, baca alhamdulillah. Ulangi tiga kali sesuai hadis Nabi.  

*4. Minum Hingga Terasa Kenyang*

“Sesungguhnya tanda yang membedakan antara kita dan orang orang munafik adalah mereka tidak pernah meminum air zamzam hingga kenyang.” (H.R Ibnu Majah)

*5. Minum dengan Posisi Duduk*

*6. Membaca Doa Saat Minum*

Misalnya:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَشِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ وَسَقَامٍ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

 “Ya Allah aku mohon kepada-Mu ilmu pengetahuan yang bermanfaat, rezeki yang luas dan sembuh dari segala penyakit.”

Dan doa lain yang diinginkan.


[1] Muhammad bin ‘Ali As-Syaukani, Nail Al-Awthâr, Pentahkik. Ishamuddin as-Shababithi, Cet. I. (Mesir: Dâr al-Hadits, 1993), Juz 5, h. 105.

Jadwal Shalat Sepanjang Masa (Banjarmasin dan Sekitarnya)

Khutbah Jum’at Wajib Berbahasa Arab?

Betul, namun yang wajib berbahasa Arab hanyalah rukun-rukun khutbahnya saja. Adapun selain rukun khutbah, boleh dalam bahasa selain Arab (lihat Taqriirat as Sadiidah, juga Ianatut Thalibin), ini ibarot di Ianatut Thalibin:

وَشُرِطَ فِيْهِمَا عَرَبِيَّةٌ لِاتِّبَاعِ السَّلَفِ وَالْخَلَفِ… (قوله وشرط فيهما) *أَيْ فِيْ الْخُطْبَتَيْنِ وَالْمُرَادُ أَرْكَانُهُمَا كَمَا فِي التُّحْفَةِ*

“Disyaratkan dalam dua khutbah memakai bahasa Arab karena mengikuti salaf dan khalaf … (perkataan disyaratkan dalam keduanya) yakni dalam dua khutbah, maksudnya adalah rukun-rukunnya saja seperti keterangan dalam kitab at-Tuhfah”[1]

Bukankah Wajib Muwâlah (Berturut-Turut), Yakni Tidak Ada Jeda Yang Panjang Antara Rukun-Rukun Dalam Khutbah?

Betul, namun yang memutus muwalah adalah diam, tidak berkata-kata, sementara perkataan dg bahasa selain arab dalam rangka khutbah tidaklah memutus muwalah. Masih di I’aanah, mengutip Syaikh Ali Syibramalisi:

أَنَّ كَوْنَ مَا عَدَا الْأَرْكَان مِنْ تَوَابِعِهَا بِغَيْرِ الْعَرَبِيَّةِ لَا يَكُوْنُ مَانِعًا مِنَ الْمُوَالَاةِ

“Selain rukun-rukun khutbah yang masih berkaitan dengan khutbah yang diucapkan dengan selain bahasa Arab tidaklah mencegah dari muwalah” [2]

Jadi tak masalah khutbah dengan bahasa indonesia, jawa, sunda, dll asalkan rukun-rukun khutbahnya berbahasa Arab. Allaahu A’lam.

[MTaufikNT]


[1] Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syatho Al-Dimyathi, I’ânatu al-Thâlibîn, Cet. I. (Beirut: Dâr al-Fikr, 1997), Juz 2, h. 82.

[2] Ibid.

Video Seputar LaGi BeTe

▶️ *1. Gay di Lingkaran TNI, Lesbi4n Beda dg Liwath, Begini Rincian Hukumnya* https://youtu.be/sCTIaEvQp1s

▶️ *2. Khuntsa, Bencong Alami dan Solusi Islamnya* https://youtu.be/FB7U4sTc4ks

▶️ *3. Mukhannats… Lelaki Berprilaku Seperti Wanita* https://youtu.be/HokOM6K45Sc

▶️ *4. Apa Dosa Istri Nabi Luth as Hingga Ikut Dibinasakan?* https://youtu.be/LbBVFN1oDK8

▶️ *5. Inilah 30 Negara yg Melegalkan Nikah Sejenis* https://youtu.be/cwEPCwlPFsM

▶️ *6. L68T Boleh Karena di Surga Juga Ada?* https://youtu.be/p7r5tPmUy_4

▶️ *7. Ulama Salah Tafsir Ribuan Tahun?, Imam Ibnu Hazm Pro L68T?* https://youtu.be/2tJKqPegjwo

▶️ *8. Kalau Benar Dulu Mrk Dihujani Batu Karena Liwath, Mengapa Skrg Mrk Tak Diazab? (Logika Kacau Pro L68T) * https://youtu.be/l4VfEuYuVaI

Video Kitab Husnu al-Bayân fi Lailati an-Nishfi min Sya’bân

Karya Sayyid Abdullah al-Ghumari

01. Asal Muasal Menghidupkan Malam Nishfu Sya’ban dan Ikhtilafnya https://youtu.be/N52151XKJ7Y

02. Cara Ibadah Nishfu Sya’ban dan Keutamaan Malamnya https://youtu.be/Tk9IvkWmwrs

03. Asal dari Doa yg Dibaca Pada Malam Nishfu Sya’ban dan Yasin 3x https://youtu.be/aSVsK3VBk-c

04. Malam Nishfu Sya’ban: Diputus Segala Perkara?, Adakah Shalat Khusus? https://youtu.be/h7Gr-ZhiK34

Download pdf kitabnya: https://krm.li/husnulbyn

Simak Juga: Sholat Tasbih, Hukum dan Tata Caranya   https://youtu.be/JBinjFcKdTc

#MTDarulHikmah

Video Kajian Kitab Al-Asâlîb an-Nabawiyyah fi at-Ta’lîm

Playlist https://www.youtube.com/playlist?list=PLqb4hLriihhQD9PiDTyVotw1yutRiA1lr

▶️ Kemana Seharusnya Pendidikan Diarahkan? https://youtu.be/Rbkq_P01eNA

▶️ 01a. Dasar Pendidikan Islam https://youtu.be/EjbwUJYh4Cg

▶️ 01b. Menangani Siswa “Bermasalah” https://youtu.be/5g2OywLGqU4

▶️ 02. Nabi SAW, Pendidik Terbaik https://youtu.be/1Q_tM8vXNuE

▶️ 03. Kemampuan dasar yg mesti diperhatikan pada anak. https://youtu.be/FIBnQ1dofIY

▶️ Spiritualitas Guru, Kunci Perbaikan Pendidikan https://youtu.be/t2VSvqwYxq0

*Sifat-Sifat Pendidik*

▶️ 04. Mengikhlaskan Ilmu https://youtu.be/IwnoIUDqE6g

▶️ 05. Jujur https://youtu.be/TcBYhVZokgE

▶️ 06. Kesesuaian Ucapan dg Perbuatan https://youtu.be/bJO2h-PqDAQ

▶️ 07. Saat Sahabat “Tidak Segera” Mentaati Nabi SAW https://youtu.be/ZJg7iySeMK0

▶️ 08. Adil dan Menyetarakan Siswa https://youtu.be/h1H0WUXxVo4

▶️ 09. Menangani Siswa “Bermasalah” https://youtu.be/5g2OywLGqU4

▶️ 10. Meneladani kelembutan dan empati Rasulullah https://youtu.be/zfro5UM9rks

▶️ 11. Tiga Bahaya Bagi Guru Jika Kehilangan Sifat Tawadhu’ https://youtu.be/Y7ljYwoS-Uk

▶️ 12. Berani Mengatakan yg Benar https://youtu.be/avUDS906NVk

▶️ 13. Bercanda dg Tepat https://youtu.be/m-kbSJv6Evw

▶️ 14. Sabar dan Menahan Marah https://youtu.be/lusAsxsI3Ns

▶️ 15. Menjauhi Berkata Buruk https://youtu.be/jeMtBLNJaaQ

▶️ 16. Bermusyawarah dg Orang Lain https://youtu.be/PBnQGCotPgI

*Tupoksi Guru*

▶️ 17a. Menanamkan dan Mengokohkan Akidah https://youtu.be/wIa088bzpi4

▶️ 17b. Syafaat dan Penularan Penyakit https://youtu.be/E_HFl3UBTHs

▶️ 18. Memberi Nasehat & Mendidik dg Uslub Terbaik https://youtu.be/W5whBGdX3yg

▶️ 19. Lembut dlm Mendidik. https://youtu.be/HrEicz4xvwA

▶️ 20a. Tidak Menyebut Nama Saat Mencela https://youtu.be/ivJDoAXaXj8

▶️ 20b. Nasehat Rasulullah Kepada Utsman bin Madz’un Terkait Keluarga https://youtu.be/NIJhNTcX8G4

▶️ 20c. Abu Khaitsamah r.a, Sempat Hampir Goyah Semangat Juangnya https://youtu.be/gF782PW9BDI

▶️ 21. Mengucapkan Salam https://youtu.be/Be51dqf3dZU

▶️ 22a. Memukul Siswa, Bolehkah? https://youtu.be/RDv9W6qW51s

▶️ 22b. Saat Rasulullah SAW “Memukul” Aisyah r.a https://youtu.be/WbUo5Wwtygk

▶️ 23. Memberi Hadiah Kepada Siswa https://youtu.be/fNROaQPFgAc

▶️ 24a. Menginap 20 Malam Bersama Rasulullah SAW https://youtu.be/eSWapRiqcuE

▶️ 24b. Beginilah Rasulullah SAW Dalam Bermajelis https://youtu.be/7pL32Xsgcwc

▶️ 25a. Saat Nabi ‘Diinterupsi’ https://youtu.be/-2JRXZqNVqY

▶️ 25b. Wanita Kurang Akalpun Tidak Diabaikan Nabi SAW https://youtu.be/JpJdE-TnX_E

▶️ 25c. Menghadapi Pertanyaan yg Mengada-ada https://youtu.be/4IwUeuy6pCc

*Karakteristik Nabi Sebagai Pendidik*

▶️ 26a. Karakteristik Rasulullah Sebagai Pendidik https://youtu.be/y9tIVPOsoCY

▶️ 26b. Enam Sisi Kesempurnaan Akhlaq Rasulullah SAW Sbg Pendidik https://youtu.be/5BGy1swtZjc

▶️ 26c. Delapan Sisi Keutamaan Bicaranya Rasulullah SAW https://youtu.be/BgSHluPP6Rg

▶️ 26d. Delapan Sisi Perbuatan Rasulullah SAW Sbg Pendidik https://youtu.be/m5B4NpG7kAc

*Teknik Nabawiyyah Dalam Mendidik*

▶️ 27a. Al Ashma’i (w. 216 H): Awal Ilmu Adalah Diam… https://youtu.be/cpndxl4n6hs

▶️ 27b. Imam Al Ghazali (w. 505 H): Hak Guru Lebih Besar Daripada Hak Orang Tua. Kapan? https://youtu.be/AvHAe974FBs

▶️ 28a. Tiga Syarat Penerimaan Ilmu Lewat _Talaqqiyan Fikriyyan_ https://youtu.be/CtHUHE28oz8

▶️ 28b. Menghadapi Pertanyaan di Tengah Pembelajaran https://youtu.be/88w94pQUubI

▶️ 28c. Manfaat Diam Sejenak Saat Memberikan Pembelajaran https://youtu.be/L7F0EgTM5-Y

▶️ 28d. Interaksi Pandangan dan Ekspresi Wajah Saat Mendidik https://youtu.be/cXNE9XyErQk

▶️ 28e. Mengatasi Siswa Ngantuk https://youtu.be/fHjJCagKO-A

▶️ 29a. Metode Demonstrasi. Saat Nabi Musa Melemparkan Lempengan Taurat Hingga Hancur. https://youtu.be/aEPxRF2YfRk

▶️ 29b.Mengapa Nabi “Membiarkan” Sahabat 3x Keliru Dalam Shalatnya? https://youtu.be/SvOPkeSxWO8

▶️ 29c.Cara Bersiwak (Metode Praktek Guru dan Murid) https://youtu.be/AnGXN4Zf7aw

▶️ 30a. Mengapa Abu Bakar r.a Menangis Mendengar Ucapan Nabi SAW, Sementara Sahabat yg Lain Heran? https://youtu.be/1N53rE9h1MM

▶️ 30b. Berikan Penjelasan Sesuai Kadar Akal Siswa https://youtu.be/Aon9URYqScI

▶️ 30c. Kapan Harus Menjawab, Kapan Harus Diam? https://youtu.be/2pj952T8MsQ

▶️ 31. Cara Nabi SAW Mengatasi Pemuda yg Sangat Ingin Bermaksiat https://youtu.be/-23WmrEIhaQ

▶️ 32a. Uslub Kisah dalam Pembelajaran https://youtu.be/u3MPOTs9fGY

▶️ 32b Keutamaan Berkunjung dan Cinta Karena Allah https://youtu.be/nYN4nGDpMIc

▶️ 32c. Beginilah Rasulullah SAW Mengajarkan Keteguhan Kepada Khabbab r.a https://youtu.be/sChOxmCzhME

▶️ Kisah Abrahah dg Abdul Muththalib, Agama Allah Tidak Perlu Dibela? https://youtu.be/JkKFakabFJ4

▶️ 32e. Kisah Nabi SAW dg Yahudi Buta: Tidak Mengapa Rasulullah Dicaci? https://youtu.be/CqWpkGNfpk8

▶️32f. Imam as Syafii dg Anak Imam Ahmad: Anak Ngintip Tamu Tidur? https://youtu.be/Ln9gGTtvymM

▶️33. Uslub Tamstil Dalam Pembelajaran https://youtu.be/5ipFTJI1WC4

▶️34. Uslub Tasywik Dalam Pembelajaran https://youtu.be/DdAGYLmPymg

▶️35. Gestur dan Tampilan dalam Pembelajaran https://youtu.be/rtMz8tLL8k0

▶️36a. Bagaimana Media Pembelajaran Nabi SAW? https://youtu.be/eE56Bl73Oeg

▶️36b.Ilustrasi Nabi SAW Tentang Jalan Allah dan Jalan Setan https://youtu.be/F4N3SxTnnRQ

▶️37a. Penalaran – Menenggelamkan Lalat yg Masuk ke Minuman https://youtu.be/CqoxVJ92Kp0

▶️37b. Membiarkan Siswa Menggali Jawaban Sendiri* https://youtu.be/Js4HIXzOvIk

▶️37c. Uslub Pengulangan dalam Pembelajaran* https://youtu.be/JBQyPOFzuOg

▶️37d. *Uslub Partisi, 7 Golongan Penghuni Surga* https://youtu.be/F7l21pA5Af0

▶️37e. *Uslub Partisi, Negeri Lima Bencana* https://youtu.be/enZnJf7RrWo

▶️38a. Uslub Bertanya. Saat Kaum Muslimin Saling Berperang, Apa yg Harus Dilakukan? https://youtu.be/BR1DB4UrMnQ

▶️ 38b. Menyajikan Isu isu Penting Kepada Siswa https://youtu.be/MNMRfJcycNs

▶️ 38c. *Saat Sahabat Menangis Semua Ketika Diminta Bertanya* https://youtu.be/-edkysWkTQY

▶️ 38d. Beginilah Imam As Syafi’i Menggali Hukum* https://youtu.be/uupWhbzGX1U

▶️ 39a.*Mengajarkan yg Paling Diperlukan Siswa* u18 https://youtu.be/CL4zCAU_gaA

▶️ 39b. Mengomentari Jawaban Siswa *Abu Bakar r.a Menakwil Mimpi* u19 https://youtu.be/73vYK5ddX6I

▶️ 39c. *Menjawab Tuduhan Kepada Sayyidina Utsman r.a* (Mengakhirkan Jawaban, u20) https://youtu.be/-ESAyCF2i8A

▶️ 40a. *Jangan Olok-olok Pertanyaan Orang Jahil* u21 https://youtu.be/xJS9VNdd-Cc

▶️ 40b. Memberikan Jawaban yg Memancing Pertanyaan (u22) https://youtu.be/a0DtrEBPKq0

▶️ 40c. Apa Laahiin Itu? [Memending Jawaban Menunggu Realitas yg Cocok] (u23) https://youtu.be/EGDAwgnKZb4

▶️ 41a. *Bagaimana Bershalawat? [Mengakhirkan Jawaban Siswa]* u24 https://youtu.be/ZzgykGAK5dA

▶️ 41b. *Amal yang Membawa ke Surga? [Memperluas Jawaban dari Satu Pertanyaan]* (u25) https://youtu.be/jNffvsiwUkY

▶️ 42a. Nabi saw Memusuhi Orang yang Menyusahkan Non Muslim Mu’ahid [Perbincangan Guru Siswa] u27 https://youtu.be/zwOnySxTE_8

▶️ 42b. Keseriusan Abu Hurairah Menuntut Ilmu Walau Kelaparan [Mengembangkan Bakat Siswa] u28 https://youtu.be/ccZbBVI7fZ4

▶️ 42c. Mengapa Rasulullah SAW Melarang Abu Dzar r.a Menjabat? u29 https://youtu.be/altSWaqN-qc

▶️ 42d. *Abu Dzar r a Tidak Diasingkan Oleh Khalifah Utsman r.a* https://youtu.be/xb_UkLZIIWU

▶️ 43a. Perbedaan Tugas Mudzakkir dg Mu’allim [Ringkas dalam Pelajaran]* https://youtu.be/WlGzlwOLT8g

▶️ 43b. Bangkaipun ‘Dimanfaatkan’ Nabi saw [Menggunakan Semua Kesempatan untuk Mendidik] u31 https://youtu.be/Dzpf74AH-TE

▶️ 43c. *Nabi SAW dan Ubay r a Menangis [Membacakan Kepada Guru]* u32 https://youtu.be/UD7qVoeyXFQ

▶️ *Baru Hijrah, Apa yg Mesti Dipelajari Lebih Dahulu?* https://youtu.be/zUKwoZi8tnI

▶️ 44a. Debat (Jidal) Terpuji & Debat Tercela (u33) https://youtu.be/PkSgoO-T6LY

▶️ 44b. Ketika Abu Dzar ra Terlalu Banyak Bertanya (u34) https://youtu.be/bfr9PfcMXHg

▶️ 44c. *Wajibnya Belajar dan Mengajar, Termasuk Bahasa Arab* https://youtu.be/KzaEdy3j5Ac

▶️ 45a. *Banyak Problem Pendidikan Disebabkan Oleh Salah ‘Algoritma’* https://youtu.be/e-3cGt2WYXA

▶️ *Belajar Islam Bertahap, Penerapannya Tidak Bertahap* https://youtu.be/pwHiaMOziAI

▶️ 45b. *Menyampaikan Ilmu kepada yang Tidak Layak: Zalim!* https://youtu.be/nDMY5yrm7co

▶️ 45c. Menyampaikan Ilmu kepada yang Tidak Layak: Zalim! [Memperhatikan Perbedaan Siswa] u39 https://youtu.be/nDMY5yrm7co

▶️ 46a. Berbagai Cara Komunikasi Rasulullah saw. dalam Mendidik (u40-44) https://youtu.be/EmcSP4jEckk

▶️ 46b. Uqbah bin Amir r.a Memutuskan Perkara di Depan Nabi saw (u45) https://youtu.be/KMjznR3hzds

▶️ 47a. Perhatikan Urusan Ranjang Istrimu [Abu Darda dan Salman r.a] u46 https://youtu.be/AVvNQG1FmTQ

▶️ 47b. *Problem Ranjangpun Diperhatikan Khalifah Umar r.a* https://youtu.be/-T86zPbvkt8

▶️ 47c. Saat Amr bin Al Ash Mimpi Basah di Malam yg Sangat Dingin (u46) https://youtu.be/o2JcKY9mTBg

▶️ 47d. Upah Ruqyah, Upah Membaca Al-Qur’an di Kubur, dan Upah Mengajarkan Alquran (u46) https://youtu.be/AyRUwa-_vpM

▶️ 47e. Beginilah Kesabaran Ummu Sulaim Ditinggal Mati Anaknya (u47) https://youtu.be/Xz5FHum3pX4

▶️ 48a. *Sumpahnya Rasulullah SAW* https://youtu.be/C5TUP9Ypvss

▶️ 48b. *Saat Taat Lebih Gawat daripada Maksiat* https://youtu.be/_VncFqfaYl8

▶️ 48c. *Hiduplah Laksana Penyeberang Jalan [Cara Nabi saw Membangun Kedekatan]* https://youtu.be/6-gdhAkHZ1Q

▶️ 48d. *Kadang Perlu Membuat Pelajaran Jadi Tidak Jelas* https://youtu.be/MmhQ8Z7it6Q

▶️ 48e. *Hukum Terkait Bersaksi Bahwa Mayit Adalah “Min Ahlil Khair”* https://youtu.be/DTB7YzHiMOk

▶️ 49a. *Amal Akan Menjadi Pembela [Uslub Targhib dan Tarhib]* https://youtu.be/VChRotk5UJY

▶️ 49b. *Bagaimana Cara Menjelaskan Hal yg Tabu?* https://youtu.be/ywTG5xI7cvY

▶️ 49c. *Bagaimana Nabi Menangani ‘Kelas’ Wanita?* https://youtu.be/uDGmLe9GOGM

▶️ 49d. Banyak Uslub Nabi dlm Mendidik, Bagaimana Menerapkannya Pada Siswa Bermasalah?* https://youtu.be/VGg47G9FPjE

▶️ 50a. *Ilmu Ibarat Buruan, Tulisan adl Pengikatnya* https://youtu.be/uTz5fgVOZx0

▶️ 50b. *Mengapa Nabi saw Menyuruh Zaid ra Belajar Bahasa Asing?* https://youtu.be/9CxxMgAdRQk

▶️ 50c. *Saat Nabi saw dan Jibril as Tidak Tahu Jawaban dari Pertanyaan* https://youtu.be/q26n0NB-_Cs

*Penutup*: Hati Hati Mendidik Anak-anak Kaum Muslimin, Merekalah Penopang Peradaban Masa Depan https://youtu.be/gwTTD1OW7zI

Kitab Pdf nya: https://drive.google.com/file/d/19v7dMDeI8k7W8rTm_IbbRVlGJN1Tvbhu/view?usp=sharing

Powerpointnya: https://drive.google.com/drive/folders/1spBbKhlaumgy3AhShVavT4yNMhDgtWPO?usp=sharing

Rasulullah Menyuruh Membantu Pembangunan Gereja? Itu Dokumen Palsu!

Simak 20 menitan di https://youtu.be/bQjUMvyIUJ4

Simak Juga:
▶️ *Bentuk Penerapan Syaria’h Kepada Rakyat Muslim dan Non Muslim*  https://youtu.be/Md4WzMP_bBk

▶️ Nabi saw Memusuhi Orang yang Menyusahkan Non Muslim Mu’ahid [Perbincangan Guru Siswa] u27 https://youtu.be/zwOnySxTE_8

Akar Masalah Perselisihan Abu Bakar r.a dg Fathimah r.a dan Ali r.a

Kalangan tertentu menuduh yang tidak-tidak kepada sahabat Abu Bakar terkait perselisihan beliau dengan Fathimah dan Ali radhiyallaahu ‘anhum. Berikut Riwayat Bukhari-Muslim yg menceritakan perselisihan tersebut, juga ulasannya dalam kitab ‘Umdatul Qari’, Syarh Shahih Muslim, Fathul Bary, As-Syarii’ah, sebagian juga di Hilyatul Awliyaa.

Simak 24 menitan di https://youtu.be/1r06Dbf0nZM

Lanjutannya: ▶️ Rekonsiliasi Khalifah Abu Bakar r.a dg Ali r.a https://youtu.be/j4W6VkdUVq8

Abu Bakar dan Ali dalam masalah tersebut masing-masing menjelaskan alasannya dengan obyektif, sebagian mereka mengakui keutamaan sebagian yang lain, hati mereka bersepakat untuk saling menghormati, mencintai, meskipun naluri kemanusiaannya kadang kala lebih mendominasi, namun dengan level keagamaannya, mereka mampu mengatasinya. (Fathul Baari: 7/495)

Hanya saja kalangan R*****h, mengeksploitasi persoalan yg sudah selesai ini lalu membuat narasi sendiri.

Simak juga:

▶️ Siti Fathimah r.a Dibunuh Oleh Para Sahabat? https://youtu.be/iyQw-qbXEQY

▶️ Sayyidah Khadijah r.a Agamanya Tidak Jelas? https://youtu.be/bKQmmtr56fM

▶️ Meluruskan Ide: “Semua Agama Bikinan Allah, Kita Tdk Tahu Siapa yg Selamat” https://youtu.be/mzGW5MPAaUs #MTDarulHikmahBALAS

Meluruskan Cerita Buya Syakur: Sayyidah Fatimah r.a Dibunuh Oleh Para Sahabat? Sayyidah Khadijah r.a Tidak Jelas Agamanya? Nabi Muhammad Tidak Merasa Benar?

Siti Fatimah r.a Dibunuh Oleh Para Sahabat? 19 menitan di https://youtu.be/iyQw-qbXEQY

Sayyidah Khadijah r.a Tidak Jelas Agamanya? Nabi Muhammad Tidak Merasa Benar? 18 menitan di https://youtu.be/bKQmmtr56fM

Simak juga:

Sayyidina Abu Bakar r.a  tidak kemaruk harta maupun kekuasaan https://youtu.be/ChTtaWmYTY4

Beginilah Khalifah Umar r.a Memberikan Teladan. 2 menitan di https://youtu.be/n9ThLrjkrSM

Tidak Sembarangan dg Alasan Darurat Lalu Menabrak yg Haram, Ini Rinciannya

Bagaimana jika:
– Org ybs sudah hampir meninggal.
– Ada makanan halal, namun milik orang lain: org lainnya tidak ada, atau ada namun tidak mau memberikan, atau mau memberikan namun dengan harga yg tinggi?…

Simak 15 menitan di https://youtu.be/bO-0Y1qN4NE

Simak juga: ▶️ Halal, Haram dan 3 Jenis Syubhat https://youtu.be/COvUbHY9RTg

#MTDarulHikmah