Khutbah Jum’at : Menjauhi Sikap ‘Ujub

Oleh : M. Taufik N. T          download lengkapnya <<disini>>

Salah satu sifat orang yang beuntung bersegera mendapatkan kebaikan adalah sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya:

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ

Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka (QS. Al Mu’minuun : 60)

Dalam riwayat Imam Ahmad, diceritakan bahwa ‘Aisyah r.a bertanya kepada Rasulullah tentang ayat ini: “apakah maksudnya orang mencuri dan berzina serta minum khomer dan dia takut kepada Allah?,” Maka Rasulullah saw menjawab:

لَا يَا بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ وَلَكِنَّهُ الَّذِي يُصَلِّي وَيَصُومُ وَيَتَصَدَّقُ وَهُوَ يُخَافُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ

“Tidak wahai anak Abu Bakar, wahai anak Ash Shiddîq, akan tetapi maksudnya adalah orang yang shalat dan berpuasa serta bershodaqoh (menunaikan zakat) dan dia takut kepada Allah AzzaWaJalla.”

Dalam riwayat at Tirmidzi dinyatakan:

الَّذِينَ يَصُومُونَ وَيُصَلُّونَ وَيَتَصَدَّقُونَ، وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا تُقْبَلَ مِنْهُمْ

(Yakni) orang-orang yang berpuasa, shalat dan berzakat, dan mereka takut kalau amalan mereka tidak diterima.

Ma’âsyirol Muslimin Rahimakumullah

Diantara hal yang harusnya kita khawatirkan menjangkiti diri kita, sehingga merusak amalan kita adalah sifat ‘ujub (berbangga diri), yang dinyatakan oleh Imam Al Ghazali dg:

اسْتِعْظَامُ النِّعْمَةِ وَ الرُّكُونُ إِلَيْهَا، مَعَ نِسْيَانِ إِضَافَتِهَا إِلَى الْمُنْعِمِ[1]

Membesarkan ni’mat dan condong kepadanya, dibarengi lupa menyandarkan ni’mat tersebut kepada Pemberi ni’mat.

Berbangga diri dan melupakan pemberi ni’mat, baik nikmat itu berupa harta, anak, kepandaian/kecerdasan, kekuatan fisik, kemuliaan nasab, dll merupakan perkara yang membinasakan diri manusia, dan masuk dalam kategori syirik kecil, yakni menyekutukan Allah dengan diri.

Diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqi bahwa Rasulullah bersabda:

ثَلاَثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ [2]

“Tiga perkara yang membinasakan: sifat sukh (rakus dan bakhil) yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ‘ujub/bangganya seseorang terhadap dirinya.”

Dalam hadits qudsi, Rasulullah saw berkata, bahwa Allah swt berkata:

أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنْ الشِّرْكِ فَمَنْ عَمِلَ لِي عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ غَيْرِي فَأَنَا مِنْهُ بَرِيءٌ وَهُوَ لِلَّذِي أَشْرَكَ

‘Aku adalah dzat yang tidak membutuhkan sekutu, maka barangsiapa mengerjakan suatu amalan dengan menyertakan sekutu selain diri-Ku, maka Aku berlepas diri darinya, dan ia milik sekutu yang disertakannya itu.” (H.R. Ibnu Majah)

Ma’âsyirol Muslimin Rahimakumullah

Sesungguhnya orang yang berbangga terhadap dirinya sendiri, lalai bahwa Allah semata Dzat yang memberi ni’mat, Dzat yang bisa mencabut ni’mat tersebut kapansaja, orang yang mempunyai sifat seperti ini tidak akan dapat melihat aib dan kesalahan yang ada pada dirinya walaupun aib dan kesalahan itu sangat besar, tetapi dia dapat melihat kelebihan dan kebaikan dirinya sebagaimana mikroskop yang dapat memperbesar hal-hal yang kecil dalam dirinya. Dia akan lalai untuk memperbaiki kekurangannya, dia akan meremehkan orang lain dan menganggap enteng mereka, bahkan dia juga tidak akan waspada terhadap musuhnya.

Al-Qur’an telah menyebutkan bagaimana kebanggaan kaum Muslimin terhadap jumlah mereka yang besar pada waktu Perang Hunain yang menyebabkan kekalahan, sehingga mereka menyadari keadaan itu dan kembali kepada Tuhan mereka.

لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai.” (QS. at-Taubah: 25).

Ma’âsyirol Muslimin Rahimakumullah

Begitu khawatirnya orang-orang shaleh terhadap sifat ‘ujub ini, seorang tabi’in bernama Muthorrif bin Abdullah rahimahullah mengatakan:

لأن أبيت نائماً وأصبح نادماً أحب إليّ من أن أبيت قائماً وأصبح معجباً

Jika aku melewati malam dengan tidur dan pagi dalam kondisi menyesal (krn tdk bangun beribadah) itu lebih aku sukai daripada aku melewati malam dengan ibadah dan pagi harinya dengan berbangga diri.

Tabi’in lain bernama Atha’ rahimahullah menyatakan: “Barangkali Allah membukakan bagimu pintu ketaatan tetapi tidak membukakan bagimu pintu penerimaan amalan itu; barangkali Dia menakdirkan (membiarkan) engkau terjatuh dalam kemaksiatan, tetapi hal itu menjadi  sebab sampainya kamu kepada-Nya (dengan bertaubat). Kemaksiatan yang menyebabkan dirimu terhina dan tercerai-berai adalah lebih baik daripada ketaatan yang menyebabkan dirimu berbangga dan menyombongkan diri.”

Ma’âsyirol Muslimin Rahimakumullah

Sikap mereka ini  menunjukkan betapa khawatir dan takutnya mereka akan sifat ‘ujub ini, bukan berarti mereka  meremehkan amalan sunnah dan kebaikan, bukan pula berarti meremehkan maksiyat, sebab sifat meremehkan maksiyat adalah sifat orang durhaka, sebagaimana  perkataan Ibnu Mas’ud r.a :

إِنَّ المُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ، وَإِنَّ الفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ

Sesungguhnya seorang mukmin memandang dosa-dosanya seakan-akan ia sedang duduk di bawah gunung dan ia takut gunung tersebut jatuh menimpanya. Dan seorang durhaka memandang dosa-dosanya seperti seekor lalat yang lewat di hidungnya (Riwayat Bukhory, at Tirmidzi dan Ahmad)

Semoga Allah swt membersihkan dan menjaga kita dari buruknya sifat ‘ujub ini, dan menjadikan amal kita semata-mata untuk-Nya, dan menerima serta melipat gandakan kebaikan yang kita lakukan.

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ – اعوذ بالله من الشيطان الرجيم –

إِنَّ الَّذِينَ هُمْ مِنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ – وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ – وَالَّذِينَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ – وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ- أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْاَنِ الْعَظِيم، وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الاَيَاتِ وَ الذِّكْرِ الحْكِيْم اَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيمْ – لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ فَاسْتَغْفِرُوهُ اِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُ الرَّحِيمِ


[1] إحياء علوم الدين 3 / 360 ط. الحلبي 1939م.

[2] وأورده المنذري في الترغيب والترهيب (2 / 286) وقال: رواه البزار والبيهقي وغيرهما، وهو مروي عن جماعة من الصحابة، وأسانيده – وإن كان لا يسلم شيء منها من مقال – فهو بمجموعها حسن إن شاء الله تعالى

Posted on 28 September 2012, in Akhlaq, Khutbah Jum'at. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar