Khutbah Jum’at – Tanggung Jawab Rakyat Terhadap Penguasa

Sudah sering kita mendengar bahwa seorang pemimpin kelak di hari akhir akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya, sebagaimana sabda Rasulullah:

فَالْإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Imam (kepala Negara) adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya (HR. al Bukhari).

Namun demikian, rakyat juga punya tanggung jawab dan kewajiban terhadap pemimpinnya. Diantaranya adalah mentaati pemimpin mereka dalam hal yang tidak maksiyat kepada Allah SWT. Allah berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ

Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu…(QS.An Nisa 59). Rasulullah bersabda:

السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ حَقٌّ مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِالْمَعْصِيَةِ فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ

Mendengar dan taat adalah haq (kewajiban) selama tidak diperintah berbuat maksiat. Apabila diperintah berbuat maksiat maka tidak ada (kewajiban) untuk mendengar dan taat. (HR. Al Bukhari).

Selain itu, rakyat juga punya tanggungjawab untuk menasehati pemimpin mereka, mencegah kedzaliman mereka dan mengingkari mereka jika mereka berbuat kemungkaran. Rasulullah bersabda:

أفضل الجهاد كلمة عدل عند سلطان جائر ” أو ” أمير جائر ”

Jihad yang paling utama adalah kata-kata yang adil (haq) didepan penguasa yang dzalim atau amir yang dzalim. (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan An Nasa-i dg sanad shahih).

Hal paling minim yang harus dilakukan ketika melihat kemungkaran adalah dengan membencinya dan menampakkan sikap tidak ridha terhadap kemungkaran tersebut. Imam Muslim meriwayatkan dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah saw. berkata:

إِنَّهُ يُسْتَعْمَلُ عَلَيْكُمْ أُمَرَاءُ فَتَعْرِفُونَ وَتُنْكِرُونَ فَمَنْ كَرِهَ فَقَدْ بَرِئَ وَمَنْ أَنْكَرَ فَقَدْ سَلِمَ وَلَكِنْ مَنْ رَضِيَ وَتَابَعَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَا نُقَاتِلُهُمْ قَالَ لَا مَا صَلَّوْا

Kalian akan dipimpin oleh para penguasa, maka kalian akan mengetahui (kemunkaran mereka) dan kalian mengingkari. Barangsiapa membenci (kemungkaran dengan hatinya) maka dia telah terbebas. Dan barangsiapa mengingkari, maka dia telah selamat. Tapi barangsiapa yang rela dan mengikuti ( dia tidak terbebas dan tidak selamat).” Para sahabat berkata: “Tidakkah kami memerangi mereka?” Beliau berkata: “Tidak, selama mereka masih shalat.”

Ibnu Manzhur dalam Lisân al-‘Arab menjelaskan bahwa: “Kata inkar dan munkar merupakan kebalikan dari makruf, yaitu semua yang dianggap buruk, haram, dan tercela oleh syara”. Berzina adalah kemungkaran, namun memberikan izin lokalisasi perzinaan, membuat aturan yang memudahkan orang untuk berzina, dan tidak menghukum mereka yang sudah jelas terbukti adalah kemungkaran yang lebih besar. Tidak sholat adalah kemungkaran, namun membuat sistem aturan yang memudahkan orang menjadi tidak sholat adalah kemungkaran yang lebih besar. Riba adalah kemungkaran, namun sistem yang menjadikan orang terjatuh kedalam riba, baik suka rela atau terpaksa, adalah kemungkaran yang jauh lebih besar. Begitulah, semua perbuatan yang dicela oleh syara’ adalah kemungkaran yang wajib kita ingkari, minimal dengan hati.

Ketaatan dan menunjukkan sikap ridha kepada penguasa dalam hal kemungkaran, berdiam diri, apalagi menjilat dan mencari kedudukan, dengan mengabaikan semua ketentuan Allah, bukan hanya akan membahayakan penguasa itu sendiri, namun juga membahayakan diri sendiri, di dunia maupun di akhirat. Kita tidak bisa beralasan dengan ungkapan : “nanti mereka yang menanggung dosanya, kan mereka yang membuat aturan”, Allah SWT berfirman:

يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَ . وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَ

Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: “Alangkah baiknya, andai kata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul”. Dan mereka berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). (QS. Al Ahzab 66-67). [M. Taufik NT]

Download selengkapnya di sini

Baca Juga:

Posted on 2 Oktober 2014, in Khutbah Jum'at, Politik. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar