Kisah Penggembala

Oleh : M. Taufik N.T

Suatu ketika seorang penggembala ditanya oleh tuannya: kenapa banyak kambingku mati kelaparan? beberapa kambing prilakunya juga sudah tidak ‘ngambing’ lagi, masa ada kambing jantan kawin dg jantan? Penggembala tersebut menjawab: wahai tuan, sesungguhnya aku sudah menyediakan rumput yang cukup, salah sendiri kenapa dia tidak kuat sehingga makanannya di rebut kambing yang lain. Tuannya menyela : lalu yang kawin sesama jantan itu ? kan bisa punah kambing ku”. oh itu sekarang sudah menjadi trend di dunia perkambingan tuanku, kalau ku larang nanti aku bisa di copot dari ikatan penggembala kambing, sergah penggembala. Kalau begitu engkau mulai sekarang tidak akan kuberi makan, kata tuannya. kenapa begitu tuan, nanti saya bisa mati kelaparan, jawab gembala. Tuannya menjawab : ya salah sendiri kenapa jadi penggembala (yg lemah), kan makanan banyak tersedia, cari sendiri sana ….

***

Basse, Bahri, dan janin berusia 7 bulan yang dikandung Basse meninggal dunia pada Jumat 29 Februari siang. Mereka diyakini tewas karena kelaparan karena tidak makan berhari-hari. (http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/03/02/1/88314/wali-kota-bantah-basse-anaknya-mati-kelaparan). namun walikota membantahnya.

Tak Diberi Uang, Miyatin Gantung Diri di Terminal…Intinya, pertengakaran yang terjadi antara dia dan istrinya itu karena sang istri sudah beberapa hari tidak makan sama sekali.Kehidupan sehari-hari pasangan Budi dan Miyatin juga terbilang memprihatinkan. Mereka biasa tidur di sembarang tempat di terminal. Budi juga tidur di atas becaknya dan Miyatin hampir setiap malam tidur di bawah pohon beringin.(http://regional.kompas.com/read/xml/2009/06/02/08334319/tak.diberi.uang.miyatin.gantung.diri.di.terminal)

Korban Lapindo Mulai Kelaparan (http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura/2008/03/04/brk,20080304-118512,id.html) . Jum’at, 07 Maret 2008 | 10:25 WIB. Pemerintah menolak memberikan bantuan dan ongkos kebutuhan pangan pengungsi Lapindo di luar peta terdampak. Bantuan untuk ganti rugi gagal panen dan sewa rumah sudah diberikan dua tahun lalu. “Kenapa dikasih lagi?,” kata Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah saat ditemui usai peluncuran buku Idham Chalid tadi malam.(http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2008/03/07/brk,20080307-118779,id.html)

Data statistik menunjukkan, 8 – 10 juta populasi pria Indonesia pada suatu waktu terlibat pengalaman homoseksual. Dari jumlah ini, sebagian dalam jumlah bermakna terus melakukannya. (http://www.readybb.com/boyzforum/viewtopic.php?p=495466&sid=6F5011AA8A8AD52C54A34393B8186D30)

***

Kapanlagi.com – Indonesia mengalami surplus beras sebanyak 1,3 juta ton ketika produksi padi nasional pada puncak musim panen 2008 (Maret-April) mencapai 58,26 juta ton, kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Departemen Pertanian Ir.Soetarto Alimoeso.(http://www.kapanlagi.com/h/0000229589.html).

Daftar orang terkayadi Indonesia versi Forbes : 1. Aburizal Bakrie & keluarga 5,4 miliar USD 2. Sukanto Tanoto 4,7 miliar USD 3. R. Budi Hartono 3,14 miliar USD 4. Michael Hartono 3,08 miliar USD 5. Eka Tjipta Widjaja & keluarga 2,8 miliar USD 6. Putera Sampoerna & keluarga 2,2 miliar USD …(http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=5480)

***

Imam Bukhory meriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umar r.a bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah ra’in dan setiap kalian akan ditanya tentang ra’iyahnya. Imam  (pemimpin) adalah ra’in dan ia akan ditanya tentang ra’iyyahnya. Seorang lelaki/suami adalah ra’in bagi keluarganya dan ia akan ditanya tentang ra’iyyahnya. Wanita/istri adalah ra’iyah di rumah suaminya  dan ia akan ditanya tentang mereka. Seorang pembantu adalah ra’in terhadap harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Ketahuilah setiap kalian adalah ra’in dan setiap kalian akan ditanya tentang ra’iyahnya.”

Makna ra’in adalah penggembala, penjaga, yang diberi amanah, yang harus menunaikan amanah yang ada dalam penjagaannya dengan baik. Ia dituntut untuk berlaku adil dan menunaikan perkara yang dapat memberi maslahat bagi apa yang diamanahkan kepadanya. (Al-Minhaj 12/417, Fathul Bari, 13/140)

Ibnu Hajar dalam Fathul Baary selanjutnya menulis:

حَتَّى وَلَوْ لَمْ يَكُنْ لَهُ أَحَد كَانَ رَاعِيًا لِجَوَارِحِهِ وَحَوَاسّه ، لِأَنَّهُ يَجِب عَلَيْهِ أَنْ يَقُوم بِحَقِّ اللَّه وَحَقّ عِبَاده

“…bahkan walaupun tidak ada  seorangpun yang dia urusi  dia tetaplah  ra’in bagi anggota tubuh dan indranya, karena wajib baginya untuk menjalankan hak-hak Allah danhak-hak hamba-Nya”

***

Ketika Umar sedang melakukan ronda di kalangan masyarakat, ia menemui seorang Badui yang sedang gelisah berdiri di depan kemah di pinggir kota Medinah sedangkan dari dalam kemah terdengar rintihan seorang wanita. Umar memberi salam dan menanyakan apa yang sedang terjadi namun Badui itu menjawab: “pergilah kamu, semoga Allah merahmatimu dan jangan lagi menanyakan masalah yang bukan urusanmu”. Umar terus bertanya dan menawarkan bantuan sebisa mungkin, akhirnya sang Badui mengatakan bahwa di dalam kemah ada istrinya yang akan melahirkan tetapi tidak ada orang yang menolongnya. Umar bergegas menemui istrinya Ummu Kultsum dan menanyakan kepadanya: “maukah kamu mendapatkan pahala dari Allah?” Ummu Kultsum memberikan kesediaan dengan bersemangat setelah Umar menceritakan masalah Badui tersebut. Ia segera mempersiapkan perlengkapan untuk kelahiran bayi sedangkan Umar membawa minyak samin dan memikul gandum untuk makanan keluarga itu.

***

Pada suatu waktu Khalifah Umar bin Khattab menjadi khatib jum’at dan datang terlambat. Kemudian beliau bergegas datang dan memakai jubah tambalan,  sedang di dalamnya kemeja yang masih basah karena baru dicuci. ”Maaf saya terlambat karena kemeja ini,” ucapnya kepada hadirin, ”Saya harus menunggu kering, karena saya tidak memiliki kemeja lainnya”. Di lain waktu, beliau juga terbiasa menggiring sendiri unta-unta baitul maal dari kandangnya ke padang gembala dan sebaliknya, lantaran begitu khawatir akan hilangnya harta rakyat tersebut.

Posted on 4 Juni 2009, in Kisah & Motivasi, Politik. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar